MANOKWARI, TABURAPOS.CO – Sebanyak 4 korban pembantaian kelompok kriminal bersenjata (KKB), dipulangkan ke kampung halaman masing-masing di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Utara (Sulut), Minggu (2/10) sekitar pukul 10.00 WIT.
Keempat korban, yaitu: Abbas dan Armin yang dipulangkan ke Kabupaten Pinrang, Sulsel, Darmin dipulangkan ke Kabupaten Bulukumba, Sulsel, dan Yafet dipulangkan ke Tataaran Tondamo, Kabupaten Minahasa, Sulut.
Pemulangan keempat jenazah pekerja proyek jalan di Teluk Bintuni – Maybrat, Papua Barat, setelah dievakuasi aparat gabungan TNI dan Polri dari Kampung Majnik, Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, sehari setelah kejadian.
Sebelum dipulangkan menumpang pesawat komersil melalui Bandara Rendani, Manokwari, keempat jenazah disemayamkan di Rumah Sakit Bhayangkara Lodewijk Mandacan, Polda Papua Barat, Maripi, Manokwari semenjak Sabtu (1/10).
Pemulangan jenazah para korban atas permintaan pihak keluarga dan biaya ditanggung pemberi kerja dari CV Doreri Makmur. Selain itu, setiap keluarga korban menerima santunan Rp. 100 juta dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat.
Dari pantauan Tabura Pos, pemulangan keempat jenazah diantarkan ratusan warga KKSS, Asisten II Setda Provinsi Papua Barat, Melkias Werinussa, keluarga korban, dan warga dari Kerukunan Keluarga Waraney di Manokwari.
Asisten II mengatakan, selain menyampaikan rasa belasungkawa, kedatangannya ini menunjukkan bahwa Pemprov selalu hadir di tengah situasi dan kondisi masyarakat yang sedang berduka.
Menurutnya, kejadian seperti ini, materi saja tidak cukup, tetapi spirit kemanusiaan diperlukan karena tentu dengan kejadian ini akan memberikan dampak trauma terhadap para pekerja dan berdampak terhadap kemaslahatan umat yang sedang melakukan pekerjaan di sana.
“Memang ini perlu dievaluasi kembali,” katanya kepada para wartawan di Bandara Rendani, Manokwari, Minggu (2/10).
Dia menambahkan, Pemprov sudah melakukan langkah ikut serta membantu mengevakuasi para korban dari lokasi kejadian oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atas perintah Penjabat Gubernur Papua Barat.
Dikatakannya, Pemprov juga memberikan santunan terhadap keluarga korban masing-masing sebesar Rp. 100 juta yang diserahkan Sekda Provinsi Papua Barat, Nataniel D. Mandacan, termasuk menyiapkan segala sesuatu terkait pengiriman jenazah.
Werinussa menegaskan, pihaknya menyayangkan kejadian ini dan menilai tindakan kriminal yang dilakukan cukup sadis dan tak berperikemanusiaan, akan diserahkan sepenuhnya ke aparat keamanan.
Diakui Asisten II, kejadian ini bukan sesuatu yang pernah terpikirkan oleh pemerintah, karena selama ini, pemerintah menganggap Papua Barat masih aman, sehingga pengawalan ketat dari aparat keamanan untuk pekerjaan proyek di daerah tidak direkomendasikan.
Namun, sambung dia, dengan kejadian ini, maka ke depan perlu dipikirkan dilakukan pengawalan ketat terhadap proyek pemerintah.
“Tentu akan ada peningkatan pengamanan. Sebenarnya ini sudah terjadi mulai dari Kisor. Kami ke depan akan koordinasi dengan forkopimda, khususnya TNI dan Polri seperti apa, nanti tindak lanjutnya,” ujar Werinussa.
Pada kesempatan itu, ia berharap seluruh masyarakat terutama keluarga besar KKSS dan Minahasa bisa menyikapi kejadian ini secara bijaksana dan tetap tenang, tidak terprovokasi informasi yang belum tentu kebenarannya.
“Serahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk ditindaklanjuti,” harap Asisten II.
Sedangkan Ketua Keluarga Waraney di Manokwari, Boy Leleh menyayangkan kejadian ini, apalagi salah satu korban adalah warganya.
Dikatakannya, sebagai sesama perantau, tentu dengan kejadian yang menimpa warganya, meninggalkan luka mendalam, terutama keluarga di kampung halaman korban.
“Kami tidak terima, tetapi kami serahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Soal bantuan dari pemerintah, kami serahkan ke keluarga di kampung halaman untuk digunakan,” ujar Leleh kepada para wartawan di Bandara Rendani, Manokwari, kemarin.
Dirinya mengimbau warganya untuk tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini ke aparat keamanan. “Sesama perantau yang mengadu nasib, kami sangat berduka cita. Ini kejadian luar biasa,” ketusnya.
Sementara itu, Ketua KKSS Manokwari, H. Rahman Manganti mengatakan, kejadian ini pasti tidak diterima seluruh masyarakat dan tidak ada yang menginginkan kejadian seperti ini, tetapi substansi dari kejadian ini perlu disikapi secara bijaksana.
Manganti pun mengimbau warga KKSS agar tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini ke aparat keamanan.
“Kami jelas prihatin dan mengutuk keras kejadian ini, bukan karena korban itu warga KKSS, tetapi siapa pun dia, semua masyarakat pasti mengutuk kejadian ini. Jadi, kemarin saya sudah sampaikan ke warga KKSS di Manokwari, kita harus satu komando, jangan sampai kita melakukan tindakan yang menimbulkan dampak buruk,” pinta Manganti.
BACA JUGA: Anggota DPD-RI Menilai Pembantaian Pekerja Proyek Jalan Mencoreng Wajah TNI dan Polri
Keduanya mengucapkan terima kasih terhadap TNI dan Polri yang telah membantu penanganan masalah ini dan berhasil mengevakuasi para korban serta membantu membawanya ke Manokwari.
“Kami juga menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Papua Barat atas dukungan santunan yang diberikan ke keluarga korban,” ucap Manganti.
Seperti diketahui, keempat korban merupakan pekerja proyek jalan yang tewas dibantai kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Kamis (29/9).
Terdapat 14 pekerja proyek jalan, dimana 4 orang ditemukan tewas secara mengenaskan, 1 orang mengalami luka tembak di bagian lengan kanan, sedangkan 9 orang ditemukan selamat. [AND-R1]