Manokwari, TABURAPOS.CO – Masyarakat di Kampung Waserawi, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari mengaku keberadaan tambang emas di wilayahnya telah memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan hidupnya.
Dari hasil tambang emas, mereka bisa menghidupi keluarga, melanjutkan pendidikan anak dan cucunya ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi, selama ini pemerintah daerah (Pemda) tidak pernah memberikan perhatian, hanya bergantung dari hasil pertanian yang tidak menentu.
Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Distrik Masni, Markus Wam mengatakan, penambangan emas di Kampung Waserawi merupakan berkat untuk masyarakat.
Diakuinya, aktivitas penambangan emas ini berjalan sesuai izin dari masyarakat selaku pemilik hak ulayat dan hasilnya dipakai menyekolahkan anak dan cucunya serta kebutuhan lain.
“Masyarakat kecil seperti kami selalu menderita dari tahun ke tahun, kami tidak punya apa-apa. Kami hanya berusaha sekolahkan anak kami dan untuk hidup kami,” kata Markus di Manokwari, Jumat (08/09/2023).
Ia menuturkan bahwa keberadaan penambangan emas ini merupakan hasil bumi dan berkat untuk masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus memperhatikan hal tersebut.
“Ini hak kami. Tuhan sudah kasih dan sudah ada dari turun-temurun. Jadi, harus maklumi kami. Mohon kepada pemerintah daerah perhatikan kami dan aparat kepolisian stop penyisiran yang bikin warga takut,” pintanya.
Hal senada disampaikan Ketua Koperasi Jasa Putra Maket Mandiri, Seblo Mandacan. Ia meminta supaya aparat kepolisian menghentikan penyisiran, karena mereka sudah memiliki dasar, yakni koperasi untuk melakukan aktivitas penambangan emas.
“Jangan ganggu dengan penyisiran karena masyarakat cari makan. Kami bukan mencuri dan kegiatan ini sudah mendapatkan izin dari para kepala suku dan pemilik hak ulayat. Koperasi di sini ada tiga, salah satunya kami,” kata Seblo.
Sementara Kepala Suku Warmumi, Waserawi dan Wariori, Pieter Mandacan mengatakan, sebagai kepala suku, dirinya merasa kurang puas dengan tindakan aparat kepolisian.
Sebab, kata dia, setiap ada kegiatan, aparat melakukan penyisiran. Padahal, para kepala suku yang juga pemilik hak ulayat telah memberikan izin atas kegiatan penambangan emas tersebut.
Untuk pemerintah daerah, lanjut dia, hadir karena masyarakat, sehingga harus memperhatikan terhadap masyarakatnya.
“Mereka harus tahu kalau hasil tambang ini, sehingga kita bisa sekolahkan anak kami, bisa bangun rumah kami, seperti itu,” ujar Pieter.
Salah satu warga, Martinus Mandacan mengaku sangat dirugikan jika tambang tersebut ditutup dan jika itu dilakukan, maka pemerintah daerah dan aparat harus bertanggung jawab.
Menurutnya, keberadaan tambang ini membuat mereka bisa bertahan hidup. Sebaliknya, kata dia, sudah bisa dibayangkan jika tidak ada tambang dan hanya tergantung pada hasil pertanian yang tidak menentu, tentu sangat menyedihkan.
“Mungkin banyak kejadian kriminal seperti pencurian, begal, orang mabuk dan lain sebagainya, karena tidak ada kerja. Sekarang mereka fokus kerja, biayai anak dan cucunya. Kami ingin pemerintah daerah lihat keberadaan tambang ini,” terangnya.
Ia mengatakan, para pekerja tambang di wilayah itu masuk dan bekerja atas izin pemilik hak ulayat dan masyarakat setempat menerima dan merasa tidak dirugikan.
“Kalau ada memang yang menggunakan bahan kimia Merkuri, datang cari, jangan langsung penyisiran. Hati kalian di mana berkat tambang ini mengurangi pengangguran. Jadi, tolong hentikan penyisiran, karena kalau terjadi sesuatu kami minta pertanggungjawaban,” ujar Mandacan.
Warga lain, Moses Ajami menambahkan, selama ini beberapa warga di daerahnya menggantungkan hidup pada hasil perkebunan kelapa sawit.
Namun, kata dia, sejak penutupan dan Medco terbakar, banyak penghasilan warga yang tidak menentu, sehingga banyak anak tidak sekolah dan menjadi pengangguran.
Namun, lanjutnya, sejak penambangan ini, anak dan cucu mereka bisa kembali melanjutkan sekolah. “Kami bisa makan berkat hasil tambang ini. Saya lihat keberadaan tambang ini banyak anak-anak sekolah berkat hasil tambang. Kami ini orang kecil merasa sangat dirugikan dengan penyisiran ini. Kami harap pemerintah segera buka akses tambang berjalan kembali. Ini keinginan warga setempat,” harap dia.
Menurutnya, di lokasi tambang emas itu tidak ada warga negara asing. “Kalau pabrik kelapa sawit tutup dan tambang tutup, kita mau harapkan apa, bayar sekolah dan makan pakai apa? Kalau tambang tutup, kami bisa cari di kelapa sawit, tapi bangun pabrik kelapa sawit,” tukasnya. [AND-R1]