
Sorong, TP – Program vaksinasi Covid-19 yang menjadi program prioritas pemerintah terus digalakkan Polri di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Papua Barat.
Kali ini, Polda Papua Barat membuka gerai vaksinasi keliling Polres Sorong bertema ‘Patuhi Protokol Kesehatan, Mari Kita Akhiri Pandemi, Vaksin Aman, Vaksin Halal’ di Alun-alun Aimas, Kabupaten Sorong, Rabu (19/1).
Kapolda Papua Barat, Irjen Pol. Tornagogo Sihombing mengatakan, cakupan vaksinasi di wilayah Papua Barat telah mencapai 55 persen untuk kategori masyarakat umum.
Dikatakan Tornagogo, ada beberapa kelompok yang harus diselesaikan, diantaranya pelajar dan kelompok lansia. Kelompok pelajar, ia menjelaskan, dari usia 12-17 tahun yang baru mencapai 50 persen.
Namun, sambung Tornagogo, untuk kelompok pelajar dari usia 6-11 tahun, masih diperjuangkan. Sebab, kata dia, baru 400 pelajar yang diberikan vaksin.
“Saya harap masyarakat seluruhnya harus menyadari pentingnya vaksinasi Covid-19, imunisasi kalau kita bilang. Dengan cara imunisasi inilah membuat ketahanan kesehatan Papua Barat menjadi terkendali dan terkontrol dari ancaman Covid-19, tanpa itu kita tidak bisa. Jadi, selain protokol kesehatan, kita memakai masker, kita juga harus dibekali vaksinasi dan semua pejabat sudah divaksin termasuk saya,” kata Kapolda kepada para wartawan usai menghadiri gerai vaksin keliling Polres Sorong, kemarin.
Ditanya wilayah yang cakupan vaksinasi masih rendah, ungkap Kapolda, pihaknya sudah melihat persentase vaksinasi Covid-19, ternyata wilayah yang rendah diantaranya Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Kabupaten Maybrat, dan Kabupaten Tambrauw.
Ia membeberkan, cakupan vaksinasi Covid-19 paling rendah ada di Kabupaten Pegaf, sekitar 1 persen. Namun, kata dia, mungkin mereka yang melakukan perjalanan di mana, bisa saja mereka sudah melakukan vaksinasi, misalnya di Manokwari atau seperti di Kabupaten Sorong.
“Nah, sementara kita melakukan razia kepada masyarakat pengguna jalan. Itu adalah tugas kepolisian, di mana selain mengecek hal-hal yang memang perlu untuk dicek demi keamanan, kami juga sisipkan tentang vaksinasi karena kesehatan Covid-19 ini berdampak kepada keamanan,” kata dia.
Ia menegaskan, pihaknya melakukan sweeping di sini bukan mencari kesalahan atau sensasi, tetapi justru menyelamatkan.
“Kita sepakat keselamatan masyarakat adalah hukum tertinggi dan tidak ada lagi di atas itu. Artinya, kalau masyarakat meninggal dunia karena Covid-19, itu betul-betul menyakitkan buat kita. Kita harus menyelamatkan masyarakat kita, apalagi Papua Barat ini penting untuk kita selamatkan,” tandas Kapolda.
Dikatakannya, di Alun-alun Aimas ini, ada orang yang berasal dari Kota Sorong, Tambrauw, Sorong Selatan (Sorsel), dan Maybrat. Dikatakannya, ada beberapa warga dari Maybrat yang hendak ke Kota Sorong, tetapi dihentikan dan dikembalikan ke Maybrat.
Namun, ungkap dia, dari sekitar 25 orang yang ada di bus, hanya 10 orang saja divaksin dan yang lain tidak mau, karena mereka ingin divaksin di Maybrat. “Silakan saja. Tapi kita harapkan orang-orang yang datang ke sini adalah orang-orang yang sudah divaksin. Yang benar-benar sehat dan tidak menyebarkan lagi. Kita ini pembawa virus, tapi kalau kita sudah divaksin, saya yakin masyarakat yang sudah divaksin akan tahan, karena tingkat keampuhannya tinggi,” kata Kapolda.
Dirinya mengaku, pihaknya terus berkomunikasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat agar semua kabupaten dan kota siap menghadapi lonjakan kasus, dimana berdasarkan prediksi melonjak pada Februari dan Maret. “Nah, hal-hal ini yang penting untuk kita antisipasi,” tukasnya.
Untuk itu, ia mengatakan, menyongsong Februari dan Maret, diharapkan masyarakat menyadari dan memahami untuk segera divaksin.
Disinggung soal kendala yang dihadapi di beberapa daerah, seperti di Pegaf, Tambrauw, dan Maybrat, Kapolda mengatakan, di daerah itu belum ada polres, sehingga untuk menindaklanjuti program vaksinasi sangat sulit.
“Tetapi sesuai sasaran target vaksinasi di tigas kabupaten itu harus betul dulu, karena dalam tanda petik, harus ada persamaan persepsi dulu oleh semua pihak,” katanya.
Kemungkinan, lanjut dia, misalnya di Maybrat tergolong berdomisili di sana atau mungkin saja mereka tidak di sana, tetapi mereka sudah mendapatkan vaksinasi di kabupaten lain.
Di samping itu, ia mengaku dirinya sedang menyebarkan angket terhadap seluruh ketua RT untuk mencatat berapa penduduk dan berapa penduduk riil, yang memungkinkan adanya perbedaan data.
“Dari situ baru diminta data berapa orang asli Papua nanti di kolom berikut dilihat lagi berapa yang sudah divaksin, berapa yang belum divaksin. Dari situ baru dapat dilihat, berapa jumlah vaksin yang dihabiskan dan akan disinkronkan dengan vaksin yang sudah dihabiskan dan melihat pencapaian selama ini, apakah 55 persen ini betul atau tidak sesuai data target vaksinasi terhadap 797.402 orang,” terangnya. [FSM-R1]