“Tinggal penyesalan dan kekecewaan yang dirasakan suami”

Manokwari, TP –Polres Manokwari menyampaikan perkembangan hasil penyelidikan terhadap penemuan mayat ibu dan dua anaknya di Pantai Balai Latihan Kerja (BLK) Sanggeng, beberapa hari lalu.
Perkembangan hasil penyelidikan dalam kasus tersebut disampaikan langsung oleh Kapolres Manokwari, AKBP Parasian H. Gultom didampingi Kabag Ops Polres Manokwari, Kompol Junaedy A Weken, Kapolsek Manokwari Kota, Iptu B Limbong, dengan menggelar press release, di halaman Mapolsek Manokwari Kota, Rabu (22/02).
Kapolres menyampaikan, setelah melakukan proses evakuasi terhadap jenazah almarhuma RH (41 tahun) dan kedua anaknya, PF (5 tahun) dan AS (3 tahun), pihaknya bekerja secara marathon dan estafet untuk melakukan penyelidikan.
Kapolres menyebutkan, beberapa langkah yang sudah dilakukan antaralain, proses permitaan visum luar dari jenazah dan melakukan tindakan Kepolisian lainnya seperti menerima laporan dan melakukan pemeriksaan terkait saksi-saksi.
Dikatakan Kapolres, polisi telah meminta keterangan terhadap 9 orang saksi. Dari keterangan 9 saksi tersebut, dapat disimpulkan kronologi almarhuma RH bersama kedua anaknya meninggalkan rumah lalu ditemukan meninggal dunia di pantai BLK Sanggeng Manokwari.
Kapolres mengungkapkan, berdasarkan keterangan suami almarhuma berinisial JM (51 tahun) mengaku, bahwa dua hari sebelum peristiwa tersebut, tepatnya pada 19 Februari 2022, dirinya terpaksa harus keluar meninggalkan rumah dan anak-anaknya, karena terjadi pertikaian dengan almarhuma terkait masalah rumah tangga.
Lanjut Kapolres, dihari sebelum almarhuma dan kedua anaknya ditemukan meninggal tepatnya pada Senin 21 Februari 2022, sekutar pukul 02.00 WIT, RH mengajak anak pertamanya berinsial A (8 tahun) untuk ikut bersamanya. Namun ajakan itu ditolak oleh A. Karena menolak ajakan tersebut, alamrhuma melakukan pemukulan terhadap anaknya A dibagian wajah kemudian menguncinya di dalam kamar.
Kapolres mengungkapkan, berdasarkan keterangan salah satu saksi lainnya, bahwa pada hari yang sama tepatnya pada pukul 04.00 WIT, almarhuma datang untuk meminta kunci sepeda motornya lalu pergi dengan membawa PF dan AS. Namun, saksi tidak mengetahui kemana tujuan almarhum pergi.
Saksi lainnya, ungkap Kapolres, juga mengaku melihat almarhuma sedang mondar-mandir di sekitar pantai BLK pukul 07.00 WIT. Akan tetapi, saksi tidak melihat PF dan AS. Lalu, sekitar pukul 09.00 WIT, saksi tersebut mendengar informasi ditemukannya mayat almarhuma.
Kapolres menambahkan, selain memeriksa 9 saksi, pihaknya melakukan pemeriksaan handphone milik almarhuma dan suaminya. Dimana, terdapat percakapan diantara mereka pada sekitar pukul 07.00 WIT.
“Berdasarkan keterangan suami almarhuma bahwa saat itu RH menghubunginya untuk menanyakan kepulangannya, namun direspon oleh suami almarhuma bahwa dirinya tidak akan pulang dan silahkan membawa anak-anaknya kedaerah Sowi disalah satu rumah kerabatnya. Selain itu, suami almarhuma juga mengakui bahwa dalam percakapan itu almarhuma menyampaikan bahwa dari pihak Bank Mandiri meminta tandatangan, dan direspon bahwa suami almarhum akan tandatangan namun tidak ingin pulang ke rumah,” jelas Kapolres.
Lanjut Kapolres, dari respon tersebut almarhuma kemudian menyampaikan pesan kepada suaminya sebelum menutup pembicaraan keduanya di handphone bahwa jika tidak ingin kembali maka almarhuma akan membunuh anak-anaknya lalu gantung diri.
“Setelah itu almarhuma benar ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung,” ucap Kapolres.
Dijelaskan Kapolres, dari kesesuaian alat komunikasi dan pemeriksaan visum et refertum atau visum luar yang diperoleh, memang benar bahwa dari keseluruhan itu untuk tanda-tanda kekerasan tidak ditemukan. Namun untuk tanda-tanda lainnya berupa tanda-tanda orang gantung diri ada seperti lidah menjulur keluar, ada lebam mayat, bekas tali dileher, kemudian kaku seluruh tubuh.
Maka dari itu, kata Kapolres, dari keseluruhan pemeriksaan tersebut, patut diduga dan dapat disimpulkan sementara bahwa korban menghilangkan nyawanya sendiri dengan cara gantung diri. Sedangkan, untuk kedua anaknya karena belum ada saksi yang melihat peristiwa sebenarnya, maka patut diduga keduanya sengaja ditenggelamkan oleh almarhuma.
“Tidak ada saksi melihat anak ini ditenggelamkan, namun saat saksi sendirian dipantai ada saksi yang melihat. Upaya untuk dilakukan otopsi ada, namun dari pihak keluarga meminta untuk tidak dilakukan otopsi karena akan segera dikubur,” ungkap Kapolres.
Disinggung soal almarhuma mengambil sepeda motor ditetangganya, Kapolres mengatakan bahwa dari keterangan tetangganya, almarhuma dikenal sebagai orang yang ceria dan sangat ramah dan sudah saling mengenal, bahkan almarhuma memang sering meminjam motor dan handphone.
“Semua orang bilang korban sangat ramah. Jadi sampai saat ini kami belum menemukan informasi lain bahwa ini peristiwa pidana, namun tidak menutup kemungkinan jika ada informasi baru kita akan tindaklanjuti. Untuk alamarhuma diketahui memang ada utang-utang yang dimiliki korban di salah satu Bank,” pungkas Kapolres.
Ungkapan Penyeselan dan Kekecewaan Suami RH
Suami alamarhum RH, JM (51 tahun) yang hadir dalam press release ini, terlihat hanya bisa menyesal dan kecewa setelah mengetahui istrinya almarhuma RH dan kedua anaknya PF dan AS ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Selain menyampaikan rasa penyesalan dan kekecewaannya itu, JM juga membeberkan sejumlah kejadian dan masalah rumah tangganya sebelum istri dan kedua anaknya ditemukan meninggal.
JM mengakui bahwa hubungan keduanya belakangan ini sedang tidak baik-baik saja dan terlibat perdebatan karena perihal masalah dalam rumah tangga.
Terkait masalah yang dialaminya ini, JM mengaku dengan sengaja meninggalkan rumah dan anak-anaknya untuk sekedar menghindar sementara lantaran tidak ingin masalah tersebut semakin berkepanjangan.
Dia juga mengungkapkan, kebiasaan marah oleh almarhuma istrinya itu memang sudah sering dilakukan semasa keduanya bersatu dalam bingkai rumah tangga, bahkan itu sudah sering terjadi sejak masih usia muda bahtera rumah tangga keduanya yang saat itu masih tinggal di daerah Ternate.
Tidak hanya itu, JM juga mengaku, almarhuma juga bahkan kerap kali mengelontarkan kata-kata untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri jika kerap kali terjadi perdebatan antara keduanya.
Meski begitu, JM mengaku selalu tidak menanggapinya serius, apalagi dirinya mengetahui almarhum istrinya tersebut bukanlah orang yang nekat.

Sebaliknya, JM justru menganggap bahwa kata-kata ancaman bunuh diri dari istrinya hanya sekedar humor yang diucapkan. Sebab, beberapa kejadian serupa saat keduanya terlibat perdebatan, dirinya pernah meninggalkan rumah bahkan selama satu bulan lamanya dan semua berjalan seperti biasa saja dan tidak terjadi apa-apa.
“Kebiasan marah itu sudah sering waktu masih awal berumah tangga dan masih tinggal di Ternate memang seperti itu sering bilang mau bunuh diri tetapi tidak pernah dan saya anggap itu humor, dan saya tidak sangka-sangka kali ini dia benar-benar nekat bunuh diri,” ucapnya kepada wartawan di Mapolsek Manokwari Kota, Rabu (23/02).
JM mengaku, dirinya keluar meninggalkan rumah lantaran jengkel sebab menurutnya, alamrhuma istrinya tersebut hampir setiap hari marah.
“Saya juga pergi karena jengkel sebab hampir setiap hari marah, kita jadi pusing,” ujarnya.
Meski begitu, JM mengaku sangat menyesal atas kejadian tersebut. Disisi lain, JM juga merasa sangat kecewa kepada almarhum istrinya lantaran telah tega menghilangkan nyawa kedua anaknya yang tidak tahu apa-apa.
“Kalau menyesal juga tetap menyesal, cuma ada rasa kecewa juga kenapa dia harus bawah kedua anak itu yang tidak tahu apa-apa, anak ada salah apa,” tuturnya.
JM menambahkan, sebelum mendengar kabar kematian almarhuma istri dan kedua anaknya, dirinya mengakui bahwa memang sempat dihubungi oleh almarhum istrinya dan mendegar suara anaknya melalui telpon seluler sekitar pukul 05.00 WIT, namun itu hanya berlangsung dalam beberapa detik sebelum handphone mati.
Menurutnya, waktu mendengar kejadian tersebut, dirinya tengah berada disalah satu rumah kerabatnya di daerah Marampa. Dia mendengar kabar tersebut berdasarkan informasi dari salah satu orang didaerah Marampa.
“Waktu itu saya di Marampa rumah keluarga. Informasi saya dengar dari tetangga yang menelpon ke pak Haji yang di Marampa, lalu pak Haji kasih tahu ke saya, dari Marampa saya menuju ke Tempat Kejadian Perkara. Di Marampa itu hanya saudara angkat sama-sama dari Tidore,” pungkasnya. [AND-R4]