
Manokwari, TP – Sejumlah petani di Distrik Sidey, mengeluhkan kerusakan ladang mereka yang tercemar diduga akibat limbah dari PT Medco Papua Hijau Selaras (MPHS).
Seorang petani di Kampung Sidey Jaya, Jumat menyebutkan, gagal panen ikannya karena diduga air kolamnya tercemar limbah dari pabrik PT MPHS akibat banjir yang terjadi pada Februari 2022.
Menurutnya, dirinya memiliki enam kolam ikan dengan masing-masing luas 4×100 meter, dengan jumlah sekitar 100 ribu ekor ikan lele dan mujair. Akibat limbah tersebut, dirinya merasa rugi karena gagal panen dan berharap pihak perusahaan dapat bertanggungjawab.
“Modal saya Rp 75 juta untuk ikan saja, belum makanannya belum pipanya. Kalau saya itung-itung habis Rp 100 juta. Kolam saya tercemar akibat irigasi yang dibuat perusahaan jebol saat hujan. Saya juga kredit di bank Rp 50 juta, kalau rusak begini saya mau ambil uang dari mana. Sehingga, saya berharap pihak perusahaan perbaiki kolam saya dan ada ganti rugi,” ungkap Jumat dalam keterangannya kepada para wartawan di kediamannya, belum lama ini.
Keluhan yang sama disampaikan petani lainnya, Supriyanto. Dirinya meminta ganti rugi kepada pihak perusahaan atas tanahnya yang diberikan kepada perusahaan untuk membuat aliran air limbah.
Dirinya mengungkapkan, pada 2017 lalu, pihak perusahaan membuat saluran air di atas tanahnya. Atas galian saluran air dimaksud, dirinya sudah pernah mengajukan proposal ganti rugi. Namun, sampai sekarang belum terealisasi.
“Akibat saluran air itu kalau hujan banjir dan aliran air tidak bisa menampung air, bocor sehingga sehingga masuk ke rumah saya kalau kering banyak debu. Usaha juga tidak pernah lancar, sehingga saya meminta agar perusahaan bisa tanggungjawab,” tuturnya.
Rekan petani lainnya, Edi sebagai petani vanili mengutarakan, pada saat banjir ladang vanilinya seluas 1,5 hektar terendam air yang diduga limbah dari perusahaan Medco.
“Saya mewakili teman-teman petani dari SP 9 kalau hujan terjadi banjir ke ladang kami. Kami tahunya banjir dari Medco sehingga tidak bisa bertani dengan baik karena banyak tanaman kami yang rusak. Kami berharap perusahaan bisa buat saluran air yang baik agar tanaman kami tidak rusak,” ujarnya.
Kepala Kampung Sidey Jaya, Agus Amiruddin menerangkan, permasalahan ini sudah terjadi sejak Februari lalu. Permasalahan ini menurutnya, sudah diketahui anggota DPRD Manokwari, provinsi dan pemerintah. Namun, belum ada tindaklanjutnya.
Padahal, akibat limbah perusahaan para petani 100 persen gagal panen. Oleh karena itu, dirinya berharap ada perhatian dari pihak perusahaan.
“Gagal panen yang dialami petani akibat banjir karena saluran air yang dibuat perusahaan tidak mampu menampung debit air, sehingga kalau hujan deras jebol dan airnya masuk ke lokasi petani,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Kepala Distrik Sidey, Mirdan D. Husein. Dirinya mengaku telah menerima keluhan warganya yang terkena banjir.
Dirinya mengaku, telah mengirim surat kepada pihak perusahaan, namun belum ada tanggapan. Di samping itu, menurutnya, hal ini juga sudah diketahui oleh pihak DPRD kabupaten dan provinsi.
Sementara itu, menanggapi hal itu, Estate Manager PT MPHS, Aslim Kasiran yang dikonfirmasi Tabura Pos via WhatsApp, Minggu (10/4) menjelaskan, pada saat itu ada salah satu warga yang merasa dirugikan yaitu Pak Jumat, menyampaikan langsung di depan bupati dan Pimpinan Direksi PT. MPHS.
Tanggapan yang diberikan adalah butuh kajian aliran air yang mengalir ke kolam-kolam ikan atau bahkan persawahan warga yang diklaim asal aliran air akibat luapan limbah.
Dijelaskannya, hal ini sudah pihaknya survey dan lihat serta sudah ada pembicaraan dengan warga yang merasa rugi akibat luapan air dari badan jalan poros Trans Manokwari – Sorong.
“Dalam hal ini Bapak Jumat hanya meminta bantuan ke kami untuk memperbaiki dan bendung kembali kolam-kolam ikannya agar tidak terjadi luapan lagi. Hal ini sudah kami tanggapi, namun dalam kondisi saat ini alat berat Exavator dan Trado yang kami miliki mengalami kerusakan sehingga menghambat mobilisasi alat berat untuk diperbantukan,” jelasnya.
Terkait kebocoran limbah, jelasnya, pihaknya merasa tidak ada limbah berbahaya yang keluar dari kolam penampungan.
“Mungkin dari kami tidak ada limbah berbahaya yang keluar dari kolam penampungan. Pada saat itu kejadian kondisi alam curah hujan yang sangat lebat seharian tidak dapat terbendung debit air lebih 100 ml yang mengalir, bahkan bukan hanya warga yang memiliki kolam ikan yang kena dampak dari hujan lebat tersebut, warga SP 9 Distrik Sidey mengalami kebanjiran yang cukup tinggi 1 meter karna efek luapan air yang mengarah ke daerah yang lebih rendah yang nota bene bukan aliran air efek limbah yang dimaksud,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya pun dalam perusahaan mengalami kerusakan berat baik dari akses jalan produksi, luapan sungai Waramui yang meluap hingga ke wilayah basecamp karyawan PT. MPHS, serta akses jembatan-jembatan jalan produksi yang rusak akibat derasnya debit air.
“Proses perbaikan akses infrastruktur kamipun hingga saat ini belum berjalan terkendala kondisi alat berat yang belum bisa dimanfaatkan karena dalam kondisi trouble. Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan terkait masalah ini, kurang lebihnya kami dari management berupaya maksimal agar tidak ada yang menimbulkan dampak negatif bagi warga sekitar. Terima kasih,” pungkasnya. [SDR-R4]