Manokwari, TP – Kepala SMA YPK Imanuel Pasir Putih, Antonius Allo, S.Pd mengatakan, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMA YPK Pasir Putih sudah mulai aktif sejak, Senin (18/7/2022) lalu.
Dikatakan Allo, pada tanggal 13 – 15 Juli 2022 pihaknya telah menggelar Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) dan diikuti oleh 57 siswa – siswi kelas 10 dan resmi pada tanggal 18 Juli mereka diterima sebagai siswa – siswi SMA YPK Imanuel, bahkan sudah mengikuti proses KMB.
Allo mengatakan, siswa kelas 11 dan kelas 12 sudah masuk sekolah seperti biasa dan mengikuti proses KMB sesuai dengan kalender belajar yang sudah ditetapkan.
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar
Diterangkan Allo, di tahun ajaran ini pihaknya masih menggunakan kurikulum 2013. Pihaknya belum masuk pada penerapan kurikulum merdeka belajar, sebab adanya keterlambatan untuk mendaftar.

“Jadi di Manokwari ini mungkin hanya dua sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka belajar yakni, SMA Negeri 1 Manokwari dan SMA Yapis Manokwari. Kami masih menggunakan kurikulum 2013,” kata Allo kepada Tabura Pos di ruang kerjanya, Rabu (27/7).
Untuk menjemput kurikulum merdeka belajar, Allo menerangkan, pihaknya akan membangun komunikasi dengan pihak SMA Yapis dan SMA Negeri 1 Manokwari untuk melakukan studi banding.
“Apakah kita yang kesana atau mereka yang datang. Ini kurikulum baru, jadi kita mau cari sejauh mana prosesnya sehingga kita bisa menyesuaikan kurikulum merdeka belajar sebelum dilaksanakan,” terang Allo.
Menurutnya, pihaknya harus belajar dari pengalaman yang sudah diterapkan di SMA Negeri 1 dan SMA Yapis mulai dari persiapan materi, alat perangkat belajar hingga implementasi di kelas.
Supaya, lanjut Allo ketika ditahun ajaran baru 2023/2024 pada penerapan kurikulum merdeka belajar pihaknya tidak kaku. Tetapi, sudah ada pengalaman yang diberikan dari kedua sekolah yang sudah menerapkan kurikulum tersebut.
“Kami akan berkolaborasi dengan mereka, sehingga ketika masuk tidak ada masalah terutama persiapan materi ajar, perangkat mengajar hingga implementasi dikelas,” ujarnya.
Disinggung terkait perbedaan antara kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka belajar, Allo mengakui dirinya belum bisa menjawab karena belum mengetahui secara detail kurikulumnya.
Allo menjelaskan, dalam penerapan kurikulum merdeka belajar tidak dibagikan jurusan. “Saya belum bisa memastikan karena belum pernah ada sosialisasi dari dinas atau kementerian. Memang ada tapi melalui online,” terangnya.
Baca juga: Dukung Pengusutan Kasus Korupsi di Sorsel, Front Aliansi Mahasiswa Demo di Kantor Kejati Papua Barat
Dirinya berharap, ada program sosialisasi dari dinas terkait penggunaan kurikulum merdeka belajar, mulai dari proses persiapan hingga penerapannya. Sosialisasi diharapkan dilakukan secara offline agar hasilnya lebih optimal.
“Saran saya, dinas mungkin bisa memprogramkan progam sosialisasi kurikulum merdeka belajar dan menghadirkan pemateri dari luar untuk menyampaikan hal ini kepada sekolah yang ada. Ketika pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah,” harap Allo. [FSM-R3]