
Bintuni, TP – Masyarakat Bintuni mempertanyakan proyek penampungan air bersih dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Papua Barat, yang dibangun dibeberapa titik di Bintuni dan Manimeri, kapan bisa dialiri air bersih.
Pasalnya, setelah selesai pembangunannya, sampai sekarang masyarakat Bintuni dan Manimeri belum menikmati air bersih tersebut.
Salah seorang warga Manimeri, Robby Polii, menuturkan, waktu itu pihak pengawas kontraktor pertama kali datang meminta ijin kepada pihak Gereja Adven Tuasai untuk membuat bak penampungan air bersih.
Menurutnya, bak tersebut nantinya berfungsi untuk menstransfer air dengan menggunakan mesin agar air bisa terdorong sampe ke kota atau sampai di bak pemapungan air bersih Tanah Merah Bintuni, Kampung Awarepi, Distrik Bintuni Timur, sebelum disalurkan kepada warga masyarakat kota Bintuni dan sekitarnya.
“Sampai sekarang ini kami sebagai masyarakat mempertanyakan bak penampungan air bersih tersebut apakah pekerjaannya sudah selesai atau belum. Kalau memang sudah selesai kenapa tidak jalan. Sebab kalau air bersih itu sudah jalan berarti gereja kami juga bisa memanfaatkan air bersih tersebut,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (20/09/2022).
Robby yang kesehariannya selaku Ketua Jemaat Gereja Adven Tuasai itu, juga mempertanyakan, sampai sekarang air bersih belum jalan, sehingga masyarakat lain pun sering datang ke sini untuk menanyakan kepada pihaknya terkait bangunan baik air yang ada di lokasi gereja.
“Bangunan ini untuk apakah? Itu bak air, sudah jalankah? atau belum. Saya juga sempat tanya, tapi pengawas bilang airnya masih uji coba karena pipanya lewat dibawa aspal. Dikuatirkan kalau pipa itu bocor dapat merusak aspal jalan. Namun sampai sekarang air bersih tersebut belum ada realisasinya,” papar Robby.
Menurut Robby, seharusnya hasil proyek BWS yang dikerjakan sejak tahun 2001 itu, sudah dapat dinikmati oleh masyarakat.
Robby juga menyebutkan proyek air bersih ini sudah dua kali dikerjakan berganti bupati, tetapi sampai sekarang tidak ada hasilnya.
“Dulu itu pipanya dari paralon sekarang diganti dengan pipa besi. Dari jamannya pak Alfons Manibuy sampai pak Piet air belum- belum juga jalan. Sayang sekali padahal masyarakat menginginkan air ini harus jalan dan mereka bisa menikmati air bersih tersebut.
Dimana selama ini masyarakat memenuhi kebutuhan air dari air sumur bor atau sumur gali ada yang airnya bagus ada pula air sumurnya berwarna kuning.
Soal lahan dimana mereka membangun bak air pendorong tersebut kami pihak gereja tidak minta ganti rugi atau diperjualbelikan. Intinya karena proyek ini tujuannya untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat maka dari pihak gereja memberikan tempat untuk pembangunan bak air bersih tersebut.
Kita dari pihak gereja juga pernah meminta ke pihak BSW agar membuatkan bak air di sekitar gereja seperti yang ada di belakang kantor kampung Banjar Ausoy SP-4 distrik Manimeri. , Tetapi pengawas dari pihak kontraktor mengatakan bahwa anggaran itu sudah tidak ada atau habis,” pungkas Robby.

Secara terpisah, Kepala Kampung Banjar Ausoy Sudirman yang didampingi sekretarisnya, Agus Nurudin, saat ditanya perihal dimaksud, mengatakan, dengan adanya bak air tersebut dirinya menyambut baik karena airnya nanti dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat.
Namun, airnya sudah setahun sejak dibangun belum juga jalan, sehingga dirinya mempertanyakan itu kenapa air bersih belum jalan-jalan juga.
“Padahal kalau sudah jalan kami di kantor kampung bisa gunakan air bersih tersebut. Selain itu warga masyarakat dan sekolah TK dan gereja yang berada dekat dengan bak air bersih itu juga dapat memanfaatkan airnya,” kata Sudirman yang diiyakan Sekamnya.
Hingga berita ini diturunkan pihak BWS Provinsi Papua Barat ketika dikonfirmasi tidak dapat dihubungi. [ABI-R4]