Manokwari, TABURAPOS.CO – Anak Hiu Belimbing jantan pertama dari proyek Stegostomatigrinum Augmentation and Recovery (StAR) yang menetas dari kantong telur dengan ukuran 30 cm dan berat 90 gram di Pulau Kri, Kabupaten Raja Ampat, Minggu (25/9), diberi nama Charlie.
Pemberian nama Charlie sebagai bentuk apresiasi atas dukungan Prof. Charlie D. Heatubun sebagai Ketua Kelompok Kerja (Pokja) StAR Project Indonesia.
Charlie Heatubun menjelaskan, ini suatu terobosan dan inovasi yang menciptakan sejarah baru bagi upaya penyelamatan dan pelestarian spesies hewan laut di dunia.
“Saya merasa beruntung bisa terlibat dan berkontribusi secara aktif dalam program reintroduksi ikan Hiu Belimbing ini dan saya merasa terhormat dan tersanjung mendapat penghargaan dengan diberikannya nama saya untuk hiu jantan pertama hasil penetasan ini,” ungkap Heatubun dalam press release via WhatsApp, semalam.
Menurut dia, StAR merupakan kolaborasi multipihak untuk memulihkan populasi Hiu Belimbing di areal Indo Pasific, khususnya perairan kepulauan Raja Ampat.
Diutarakannya, proyek ini dimulai sekitar 3 tahun lalu oleh kelompok yang terdiri dari pemerintah, lembaga pengelola akuarium, LSM konservasi, dan lembaga pendidikan dari berbagai negara.
Diterangkannya, proyek ini merupakan suatu inovasi untuk mengembalikan Hiu Belimbing sebagai spesies penting di Raja Ampat yang merupakan jantung keanekaragaman hayati laut dunia, sekaligus komitmen kuat Pemprov Papua Barat dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk menjaga kesehatan lingkungan dan perlindungan spesies, sehingga memberi manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat Papua Barat lewat pariwisata berkelanjutan.
Sementara Program Manager StAR Project Indonesia, Nesha Ichida mengungkapkan, Minggu (25/9) dari hatchery di Pulau Kri, Raja Ampat , anak Hiu Belimbing jantan yang pertama menetas dari kantong telur diberi nama Charlie.
Dalam sebulan terakhir, lanjut dia, telur itu sudah dikirim dari sea life Sydney Aquarium ke Raja Ampat pada Agustus lalu dan telur mulai menetas.
Para akuaris lokal, jelas dia, menerapkan ilmu yang sudah diperoleh melalui pelatihan intensif dan merawat telur secara terus-menerus untuk memastikan telur menetas dengan selamat.
Ia merincikan, tiga dari tujuh telur yang dikirimkan telah menetas dan berkembang baik dan sehat.
BACA JUGA: Ada TNI Rekrutmen Afirmasi Otsus Tak Bisa Membaca dan Menulis Disayangkan MRPB
Dalam minggu pertama, Charlie, si anakan Hiu telah bertumbuh sampai 32 cm dan berat 119 gram. Dua anakan lain menetas, Sabtu (17/9), mengalami perubahan corak kulit dari corak anakan yang menyerupai zebra, menjadi corak dewasa menyerupai macan tutul.
Ia menerangkan, ini merupakan perkembangan yang baik, ditunjukkan dari kemampuan para anakan dalam menyantap berbagai jenis makanan, mulai kerang, cumi-cumi, sampai kelumang.
Diakuinya, bulan pertama adalah masa yang sangat penting bagi tim akuaris, karena tingkat kematian yang berpotensi sangat tinggi. Saat ini, lanjut dia, beberapa anggota mitra akuarium StAR Project sedang berada di Pulau Kri untuk mengadakan pelatihan tambahan terhadap 4 akuaris lokal, terkait perawatan anak Hiu. [*FSM-R1]