Manokwari, TABURAPOS.CO – Masyarakat diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) selama 6 bulan ke depan dan vaksinasi.
Juru Bicara Tim Satgas Covid-19 Provinsi Papua Barat, dr. Arnoldus Tiniap mengatakan, saat ini, Papua Barat merupakan salah satu dari 3 provinsi di Indonesia dengan tingkat penerapan prokes dan capaian vaksinal yang rendah.
Ia menjelaskan, sekarang Papua Barat masih berstatus pandemi dan baru menuju transisi ke endemi. Dengan demikian, masyarakat harus tetap menerapkan prokes setidaknya hingga 6 bulan ke depan sambil menunggu kajian guna memastikan Papua Barat berstatus endemi.
Selain itu, Tiniap juga mengimbau masyarakat di Papua Barat melakukan vaksinasi, karena sejauh ini pencapaian vaksinasi Covid-19 di Papua Barat masih rendah.
Diungkapkannya, persentase pencapaian vaksinasi di Papua Barat untuk dosis 1 sekitar 68,1 persen dan dosis 2 masih di bawah 50 persen. Sementara itu, kata dia, Pemerintah Pusat menyebut bahwa suatu wilayah masuk zona hijau jika persentase vaksinasi mencapai 70 persen untuk dosis 2, bukan dosis 1.
Tiniap mengungkapkan, Pemerintah Pusat sudah mendistribusikan cukup banyak vaksin Covid-19 ke Papua Barat, tetapi harus diakui, salah satu penyebab pencapaian vaksinasi yang rendah akibat kurangnya partisipasi masyarakat.
Padahal, sambung Tiniap, dalam pelaksanaan vaksinasi, pemda sudah banyak melakukan berbagai upaya, mulai memberikan bantuan sosial dan bingkisan.
Tiniap mengutarakan, masalah ini sudah didiskusikan dan harus dikoordinasikan secara teknis dengan kabupaten dan kota yang mengetahui persis kendala yang dialami dan pergerakan masyarakat.
“Mengubah mindset atau pola pikir masyarakat memang cukup susah, tapi kita juga harus melakukan sesuatu untuk membuat masyarakat tergerak untuk divaksin. Seperti Kabupaten Pegunungan Arfak itu dianggap zona hijau, tetapi menurut kita, itu hijau semangka, karena mereka tidak diperiksa baik-baik,” jelas Tiniap kepada Tabura Pos di salah satu hotel di Manokwari, kemarin.
BACA JUGA:
Selama ini, sambung Tiniap, masyarakat cenderung salah mengerti dan menganggap bahwa vaksinasi dilakukan ketika sakit, padahal vaksinasi itu baik dilakukan dalam keadaan sehat.
“Masyarakat harus tahu bahwa vaksin itu untuk pencegahan bukan obat, sehingga ketika sakit atau terpapar virus Covid-19, tubuh sudah siap. Jadi, memang masyarakat harus menyadari itu dulu,” tukasnya.
Pada kesempatan itu, ia berharap tidak ada lagi varian baru yang lebih ganas, karena dikhawatirkan jangan sampai terjadi mutasi virus, kemudian ada varian baru yang lebih berbahaya, sementara masyarakat belum siap. [AND-R1]