Manokwari, TABURAPOS.CO – Petani di wilayah Papua Barat, pada Februari 2023 mengalami kerugian, akibat nilai tukar petani (NTP) yang mengalami penurunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat mencatat, nilai tukar umum petani (NTUP), pada Februari 2023 sebesar 102,08, sementara indeks harga terima petani (lt) mengalami penurunan 0,82 persen menjadi 110,99.
Sementara, indeks bayar produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 108,73 persen atau meningkat 0,07 persen.
“Artinya si petani ini mengalami kerugian, karena indeks harga yang dibayar petani jauh lebih tinggi dibanding indeks yang diterima,” jelas Kepala BPS Papua Barat, Maritje Patiwaellapia, saat memaparkan NTP, di aula BPS, Rabu (1/3).
Beberapa komoditas penyumbang indeks harga yang diterima petani, yakni cabe rawit, pala biji, kelapa sawit, dan rambutan, dan beberapa lainnya.
Sedangkan, indeks harga yang harus dibayar petani, yaitu rokok kretek, ikan cakalang, tahu mentah, dan beberapa komoditas yang menjadi konsumsi petani.
Maritje menerangkan, bila dicermati menurut sub sektor, hampir sebagian besar sub sektor mengalami penurunan, seperti tanaman pangan turun -0,13 persen, holtikultura sebesar -1,58 persen, perkebunan -2,58 persen, perikanan -0,43 persen. Hanya sub sektor peternakan saja yang mengalami kenaikan yaitu 0,29 persen.
“Secara keseluruhan indeks nilai tukar petani pada Ferbuari 2023 mengalami penurunan sebesar 1,12 persen atau nilai tukar perani mencapai 99,17,” sebut Maritje.
Kepala BPS Papua Barat ini menambahkan, dari 10 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), nilai tukar petani berada diurutan ke-9 di atas Sulawesi Utara dan peringkat pertama di Sulawesi Barat. [SDR-R3]