Manokwari, TABURAPOS.CO – Selama 3 bulan dititipkan di rumah aman milik Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Manokwari, kondisi seorang remaja berinisial YGKNB (17 tahun), tak kunjung membaik.
Remaja tersebut mengalami perubahan perilaku akibat penyalahgunaan narkoba, dimana perilakunya sering meresahkan keluarga dan masyarakat di sekitarnya, sehingga dititipkan di rumah aman.
Kepala UPTD PPA Kabupaten Manokwari, Regina A. Rumayomi mengatakan, remaja itu seharusnya hanya dititipkan di rumah aman selama 14 hari, tetapi jika dihitung sejak masuk, sudah 3 bulan YGKNB berada di rumah aman akibat tidak ada perubahan.
Diakuinya, untuk menangani remaja ini, UPTD PPA tidak bisa berbuat banyak, selain ketiadaan anggaran maupun keterbatasan sarana maupun prasarana, termasuk sumber daya manusia.
Ia menerangkan, UPTD PPA hanya memfasilitasi tempat, sedangkan kebutuhan makan dan minum dipenuhi pihak keluarganya.
Regina Rumayomi menjelaskan, upaya yang sudah dilakukan UPTD PPA sejauh ini sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Sosial (Dinsos), termasuk Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB), dan sebagainya, tetapi alasan anggaran menjadi faktor utama, sehingga YGKNB belum bisa dikirim untuk berobat.
Diutarakannya, apabila melihat kondisinya, dia harus mendapat pengobatan, sedangkan UPTD PPA tidak bisa melakukannya karena ketiadaan dokter.
Ia menegaskan, remaja ini harus dikirim ke Jayapura, Papua, tetapi sejauh ini upayanya belum membuahkan hasil.
“Semakin lama dia tidak berobat, semakin parah kondisinya. Kasihan keluarganya juga tidak punya anggaran. Kita sudah berupaya dengan koordinasi bersama Dinsos dan menyurati MRPB, tapi sama saja, mereka juga bilang tidak ada anggaran,” jelas Regina Rumayomi kepada Tabura Pos di Kantor UPTD PPA Kabupaten Manokwari, Jumat (24/3).
Dijelaskannya, untuk pengobatan, remaja ini memerlukan anggaran, seperti biaya transportasi, makan, penginapan, dan pengobatan. “Anggaran ini sesuai kebutuhuan, tapi kan tergantung sebenarnya berapa yang disepakati. Ini harus segera diobati, karena ini sudah cukup lama,” tukasnya.
Regina Rumayomi menjelaskan, untuk penanganan remaja ini, menjadi dilema terhadap UPTD PPA, karena kondisinya memprihatinkan, tetapi di sisi lain, UPTD PPA tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan.
Untuk itu, ia mengatakan, satu-satunya harapan dari keluarga hanya melalui bantuan pemerintah daerah. “Sekali lagi, kita harap perhatian pemerintah, karena Manokwari tidak punya rumah sakit jiwa,” katanya.
Ia menerangkan, korban tidak bisa dikembalikan ke keluarganya, karena korban tinggal bersama saudara dan di sana akan kembali bergaul dengan teman-temannya atau melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat.
“Sementara korban di sini sampai bisa diberangkatkan. Jangan kita hanya membangun sarana dan prasarana, tetapi pembangunan manusia tidak diperhatikan. Katanya Kota Layak Anak, tetapi banyak anak terlantar,” ujar Regina Rumayomi. [AND-R1]