Manokwari, TABURAPOS.CO – Jumlah anak dengan gejala gagal tumbuh atau stunting di Distrik Tanah Rubuh Kabupaten Manokwari menurun. Artinya, upaya pemerintah dalam menekan kasus stunting di Manokwari berhasil.
Kepala Puskesmas Tanah Rubuh, Maikel Ossok menyebutkan, jumlah kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanah Rubuh, sejauh ini tinggal sembilan anak dari 56 anak.
“Awalnya ada 56 anak tersebar di kampung-kampung yang ada di Tanah Rubuh, tapi sekarang kasus stunting tinggal 9 anak, rata-rata di bawah umur 2 tahun,” ujar Ossok kepada Tabura Pos, saat ditemui di Kantor Distrik Manokwari Selatan (Mansel), belum lama ini.
Ossok mengungkapkan, sembilan anak tersebut saat ini masih dalam pemantauan, dan intervensi berupa pemberian makanan tambahan yang dilakukan setiap hari dengan menu makanan yang bervariasi selama tiga bulan.
“Makanan tambahan berupa biskuit dapat dari Kementerian Kesehatan. Yang dari anggaran puskesmas seperti susu, bubur kacang hijau, beras merah, dikasih setiap hari. Tidak sampai tiga bulan ada perubahan. Berat badan langsung naik. Apalagi menu bervariasi, ikan, ayam, telur, pasti berubah drastis,” bebernya.
Faktor yang mempengaruhi kasus stunting di Tanah Rubuh, menurut Ossok, anak mengalami stunting atau gagal tumbuh pada masa usia pertumbuhan karena budaya hidupnya dan kurang pemahaman orang tua anak.
Puskesmas Tanah Rubuh, kata Ossok, sudah berusaha memberikan pemahaman kepada para orang tua, melalui sosialisasi maupun penyuluhan.
“Kalau sanitasi, MCK, satu, dua rumah ada. Yang paling utama adalah budaya. Karena kalau kita mau kasih obat ini mereka bilang suanggi, tapi kita tidak berhenti memberikan edukasi,” pungkas Ossok. [SDR-R3]