Manokwari, TABURPOS.CO – Secara nasional pemerintah pusat maupun provinsi telah berkomitmen sekaligus menargetkan Papua Barat nol kemiskinan ekstrem di tahun 2024 mendatang.
Perihal itu, Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw mengatakan, khusus Teluk Bintuni, ada lima distrik yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem, dan kelima distrik tersebut berada di daerah pedalaman.
“Ketika terjadi lonjakan pandemik Covid-19, masyarakat di lima distrik ini tidak bisa turun ke Teluk Bintuni. Karena dibatasi dengan berbagai larangan tapi juga akses jalan. Dari Moskonan ke Bintuni harus jalan kaki atau memakai pesawat,” ungkap Kasihiw kepada para wartawan di salah satu hotel di Manokwari, pekan lalu.
Menurut Kasihiw, ada banyak faktor penyebab terjadinya kemiskinan ekstrem, bukan hanya dari sisi pendapatan saja.
Menurutnya, untuk menurunkan kemiskinan ekstrem perlu langkah-langkah dari berbagai sektor, salah satunya menerobos daerah yang terisolasia.
“Saya bersyukur karena tahun ini kita sudah tembus di daerah itu, baik Moskonan Timur, Moskonan Utara sebagai sektra daerah kemiskinan ekstrem itu kita sudah tembus. Artinya salah satu yang penting adalah jalan, karena tanpa jalan kita tidak bisa berbuat apa-apa,” terang Kasihiw.
Disamping infrastruktur jalan, lanjut Kasihiw, ada program-program yang dilakukan Pemkab Teluk Bintuni untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem di lima distrik tersebut salah satunya adalah program padat karya.
“Kita berikan program padat karya produktif dan padat karya fisik. Jadi masyarakat kerja langsung dapat uang, atau masyarakat berternak, baik sapi, ayam dan lainnya melalui dana padat karya. Tapi juga, ada bantuan langsung tunai sesuai kesepakatan Pemda Bintuni, Provinsi dan Pemerintah Pusat bahwa kita sama-sama setor ke kepala keluarga di lima distrik tersebut,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Kasihiw, ada program prioritas distrik yang masuk dalam APBD tahun anggaran 2023 yang sudah ditempatkan di OPD-OPD teknis guna menurunkan angka kemiskinan ekstrem di Teluk Bintuni.
“Pendidikan dan kesehatan jadi utama, tapi tanpa jalan kita sulit untuk tembus. Itulah kendalah terbesar, kalau sudah ada akses jalan, maka apapun bisa kami lakukan. Saya sangat yakin, kemiskinan ekstrem di Teluk Bintuni akan selesai di tahun 2024 sekarang kita sudah dekati,” terangnya.
Kasihiw menambahkan, konteks kemiskinan di Teluk Bintuni sangatlah bervariasi. Kemiskinan mungkin karena seseorang tidak mempunyai uang hari ini, tetapi memiliki aset yang suatu waktu dapat mendatangkan uang bagi dirinya atau keturunannya.
“Standar BPS, kategori meskin rumahnya harus semen, listrik dan lainnya. Tapi masyarakat tidak merasa miskinan walaupun tinggal di rumah pondak tapi hidupnya bahagia. Jadi indikatornya bervariatif tidak dapat digunakan tapi indikator inilah yang dipakai secara nasional
saat dia,” tandas Kasihiw. [FSM-R4]