Manokwari, TP – Polda Papua Barat resmi mengakhiri Operasi Petik Bintang Tahun 2023 pada 20 Mei 2023. Operasi petik bintang dilaksanakan di tempat pengungsian Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat Daya selama 2 bulan sejak 20 Maret 2023 lalu.
Kapolda Papua Barat Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga menunjuk Dirreskrimum Polda Papua Barat, Kombes Pol. Novia Jaya sebagai Kasatgas Operasi Petik Bintang 2023, dengan memimpin sejumlah personel gabungan meliputi Shabara, Satbrimob, Reserche, Intelkam, Binmas, Humas, hingga personel Polres Maybrat.
Kombes Pol. Novia Jaya mengatakan, operasi petik bintang memiliki sasaran untuk menangkap para Daftar Pencarian Orang (DPO) pelaku kejahatan baik pembunuan terhadap anggota Zipur, penyerangan Pos Koramil Kisor, hingga penyerangan terhadap pekerja jalan di perbatasan Maybrat dan Teluk Bintuni yang terjadi beberapa waktu lalu.

Sasaran penting lainnya, adalah untuk memberikan kepercayaan rasa aman dan nyaman sehingga para warga yang masih berada di pengungsian bisa dipulangkan ke kampungnya masing-masing.
Selama 2 bulan bertugas di tempat pengungsian, Kombes Pol. Novia Jaya menceritakan, banyak kisah dan pengalaman yang Ia dapatnya bersama anggotanya. Dan, ungkap dia dengan wajah bersemangat, bukanlah tugas yang mudah. Namun, berkat kekompatan dan persatuan tim, akhirnya membuahkan hasil.
“Alhamdulillah, bersama tim berhasil menangkap tiga orang sebagai pelaku utama dalam kasus penyerangan Pos Koramil Kisor yang menewaskan 4 prajurit TNI beberapa waktu lalu. Ketiga pelaku berinisial AF, AA dan KF yang saat ini di tahan di Polres Maybrat guna memudahkan proses pemeriksaan. Ketiga pelaku ini di tangkap Tim di tengah warga lainnya di daerah pengungsian Aimas, Sorong,” terang Kombes Pol Novia.
Melanjutkan kisahnya di pengungsian, Kombes Pol Novia mengisahkan, ketiga pelaku ditangkap di waktu yang berbeda yang berawal dari terendusnya pelaku AF, hingga akhirnya pada hari berikutnya bisa berkembang kepada pelaku AA dan KF beserta sejumlah senjata tajam jenis parang. Dalam pengembangannya, ketiga pelaku mengakui perbuatannya terlibat dalam aksi penyerangan di Pos Koramil Kisor.
Tim juga berhasil memulangkan sebanyak 70 orang warga atau lebih dari lokasi pengungsian yang berbeda-beda seperti, Aifat Timur, Ayata hingga Sabah untuk kembali lagi kerumah mereka masing-masing setelah ditinggal selama hampir 20 bulan.
Untuk membujuk warga pun, urai Kombes Pol Novia, tidak mudah. Bersama tim, harus lebih sabar dengan melakukan pendekatan-pendekatan kepada warga serta memberikan keyakinan dan jaminan bahwa kondisi sudah aman.
Menurut Novia, ada beberapa faktor yang menyebabkan warga ini tetap memilih mengungsi selain karena adanya intimidasi pasca beberapa peristiwa kejahatan yang di lakukan oleh kelompok tertentu, ternyata juga karena beberapa kondisi lainnya seperti fasilitas maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti kondisi jalan, jaringan telepon, listrik hingga fasilitas kesehatan lainnya yang masih minim.
Dari sejumlah factor itulah, Novia mengaku, banyak warga yang memilih tinggal di pengungsian dan meninggalkan rumahnya karena sulitnya memenuhi kebutuhan makan sehari-hari yang selama ini banyak mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Namun ternyata, dari kisah beberapa warga yang mencurahkan ceritanya kepada tim operasi petik bintang, mengungsi bukan menjadi solusi bagi warga. Sebab, para warga juga mengalami hal serupa di beberapa lokasi pengungsian. Keberadaan warga tidak diterima, hingga akhirnya pengeluaran membengkak karena harus menyewa tempat sedangkan kebutuhan makan sehari-hari mengandalkan bantuan pemerintah.
“Dilema memang mereka kembali juga sama, sulit bagi mereka karena sarana dan prasarana di sana masih kurang memadai. Kalau mungkin beras mereka ada tapi kan juga butuh lauk pauk tidak mungkin makan beras saja,” ujar Novia kepada Tabura Pos di Polda Papua Barat, Selasa (13/06/2023).
Novia juga ingin menyampaikan kepada warga lainnya, bahwa pandangan tentang kerawanan di wilayah Maybrat tidak seperti yang dibayangkan. Wilayah tersebut cukup aman dan nyaman dengan hadirnya TNI Polri disana. Bahkan, masyarakat juga sangat menerima dan bisa berbaur satu dengan lainnya, hingga seringkali memasak dan makan bersama.
Hanya saja, lanjut Novia dalam beberapa hal tidak bisa hanya mengandalkan TNI Polri semata, butuh kerjasama dan sinergi dari pihak lain seperti kementerian dan lembaga untuk memberikan perhatian kepada warga Maybrat.
“Saya sudah buktikan di sana aman-aman saja kok, walaupun memang mungkin masih ada kampung-kampung yang terdeteksi tapi secara umum aman. Negara hadir disana dalam hal keamanan,” ucapnya.
Novia mengaku selama 2 bulan bertugas, kondisi jalan tidak memadai, butuh waktu beberapa jam untuk menuju ke kampung-kampung lainnya, dan hanya bisa dilalui dengan menggunakan mobile double cabin. System komunikasi pun masih sulit, karena belum ada jaringan yang memadai sehingga sering mengalami putus komunikasi.
“Sebenarnya sudah ada beberapa BTS atau tower disana, genset dan listrik juga sudah ada. Hanya saja tidak berfungsi dengan baik. Jika hujan turun jaringan langsung hilang. Beruntung saat itu masih ada HT. Saya rasa masalah pengungsi ini bisa teratasi kalau betul-betul jalan sudah ada, kendaraan sudah bisa masuk, kemudian juga apakah di beri bantuan agar mereka bisa hidup selama beberapa bulan,” ujarnya.
Kondisi lain yang memperihatinkan di pengungsian adalah pendidikan. Beberapa sekolah semua tingkatan terbengkalai dan sudah dikelilingi rumput liar. Puskesmas pembantu (pustu) yang ada pun tidak berfungsi karena ketiadaan tenaga kesehatannya.
“Sekolah tidak aktif, murid tidak ada apalagi guru, tapi fasilitas sekolah ada bangku sekolah ada. Banyak anak-anak saya lihat sekolah di pengungsian di Kumurkek. Sekali lagi ini dampak dari buruknya sarana dan prasarana,” ujar Novia lagi.
Kombes Pol Novia Jaya menegaskan, setelah bertugas selama 2 bulan, persoalan di Maybrat dapat teratasi apabila ada kerjasama dari semua pihak. Keamanan, TNI Polri sudah hadir dan selama ini telah memberikan rasa aman terhadap warga dari ancaman-ancaman kelompok tertentu.
Ia berharap, pemerintah pusat membantu pemerintah daerah setidaknya dengan memperbaiki sarana dan prasarana kampung agar masyarakat merasakan kenyamanan dan aman saat beraktifitas. “Kita harap kementerian dan lembaga juga hadir paling tidak melakukan perbaikan sarana dan prasaranan, bangun jembatan jangan takut ada TNI Polri disana membantu menjaga keamanan,” pungkas Novia. [AND]