Manokwari, TABURAPOS.CO – Harga cabai rawit di Manokwari tembus Rp. 80 ribu perkilogram. Selain komoditas cabai rawit, menjelang hari raya Idul Adha 1444 H, sayur tomat juga mengalami kenaikan.
Pantauan Tabura Pos di Pasar Wosi, Senin (26/6), harga cabai rawit tembus Rp 80 ribu per Kg, sedangkan tomat seharga Rp 30 ribu per Kg.
Adiman, seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Wosi, menuturkan kenaikan harga cabai rawit dan tomat di Manokwari, sudah terjadi beberapa minggu terakhir karena stoknya mulai berkurang.
Sebagai pedagang bumbu dapur, dirinya mengaku, mengambil atau membeli rica dan tomat dari hasil panan petani dari Susweni, Distrik Manokwari Timur.
Menurutnya, jika stok tersedia, harga rica hanya sekitar Rp 40-50 ribu per Kg, sedangkan tomat sekitar Rp 5-10 ribu per Kg.
“Tomat dan rica ambil dari Susweni, kita jualnya segitu karena ambilnya juga sudah mahal. Ini saja tidak untung banyak, saya jual rica Rp 78 ribu satu kilo, tomat Rp 28 ribu satu kilo, di tempat lain ada yang Rp 30 ribu, rica Rp 80 ribu,” ujar Adiman kepada Tabura Pos, di Pasar Wosi, Senin kemarin.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Manokwari, Kukuh Saptoyudo mengaku, pemerintah tidak bisa mengambil upaya jika kenaikan harga barang sudah terjadi, terlebih stoknya mulai berkurang.
“Kalau sudah begini Dinas Pertanian buka antisipasi, kalau sudah begini bukan kewenangan kita, operasi pasar bukan di kita,” ujar Kukuh kepada wartawan di sela-sela pelaksanaan gerakan pangan murah, di halaman Kantor Kejati Papua Barat, Senin (26/6).

Menurut Kukuh, yang bisa dilakukan pemerintah adalah melakukan pengendalian dengan cara mengatur pola tanamnya.
“Kita selama ini dengan Bank Indonesia mengatur pola tanamnya. Misalnya, empat bulan sebelum hari besar agama, itu sudah menanam, sehingga menjelang hari besar agama barang tersedia,” jelas Kukuh.
Lebih lanjut Kukuh menerangkan, pengendalian pengatur pola tanam petani cabai sudah dilakukan beberapa tahun terakhir. Namun sejak ada Covid-19, mulai melemah.
“Pertama Covid, petani rica (cabai) mengikuti saran kita terkait pola tanam dan petani rugi besar, karena waktu itu empat bulan sebelum lebaran sudah menanam, tau-taunya tidak ada open house, dan waktu itu rica harga jatuh sampai Rp 5.000, petani saat itu pada mengeluh,” beber Kukuh.
Meskipun begitu, ungkap Kukuh, mulai tahun depan, pihaknya akan berkolaborasi dengan Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat untuk kembali mengintervensi petani cabai di Manokwari melalui pola tanam.
“Dari 2014 kita sudah MoU dengan Bank Indonesia mengatur pola tanam, dan tahun depan akan kita intervensi lagi karena status Covid-19 sudah dicabut,” ujar Kukuh.
Kepala Dinas PKP Manokwari ini menambahkan, sejak intervensi melalui pola tanam dilakukan mulai 2014, Manokwari tidak mengalami kekurangan cabai, justru dikirim keluar Manokwari. “Klaster cabai binaan pertanian dan BI banyak dan mulai tahun depan wajib kita masuk lagi intervensi melalui pola penanaman cabai,” tukasnya.[SDR-R3]