Manokwari, TABURAPOS.CO – Status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak rubella di Manokwari yang ditetapkan per Juni 2023, langsung ditindaklanjuti Dinas Kesehatan (Dinkes) Manokwari, dengan menggelar sweeping imunisasi campak.
Plt Kepala Dinkes Manokwari, Marthen L. Rantetampang melalui Kepala Seksi Surveilans Imunisasi, dr. Mince Willi mengatakan, sweeping imunisasi campak rubella sudah dilakukan sejak 3-15 Juli 2023 dengan sasaran anak usia 9 bulan sampai 5 tahun dengan target 9.252 anak di Manokwari.
Mince menyebutkan, awal ditetapkan Manokwari sebagai KLB campak tahun 2023, karena ditemukan suspek sebanyak 20 kasus. Dari 20 suspek, enam sampel dikirim ke provinsi dan hasilnya positif, sehingga Pemkab Manokwari mengambil langkah menetapkan Manokwari KLB campak.
“Di Manokwari target 95 persen dari 9.252 anak, tapi tahap pertama baru sekitar 29 sekian persen, jadi diperpanjang sampai 31 Juli 2023, dan berdasarkan data yang saya tarik dari dashboard per 20 Juli pukul 19.00 WIT, sudah 33 persen atau sekitar 3.055 ribu anak, sehingga yang belum sekitar 6.197 anak,” jelas Mince kepada wartawan di kantornya, Jumat (21/7).
Mince mengatakan, pihaknya sudah menggerakkan semua (15) puskesmas di Manokwari dengan bantuan stakeholder terkait, termasuk pihak PAUD dan TK untuk mengejar pemberian imunisasi campak kepada sekitar 6.197 anak.
Pembagian penanganannya, pukesmas yang berada di dataran Warmare, Prafi, Masni, dan Sidey (Warpramasi) kategori wilayah selektif, dan puskesmas di wilayah kota termasuk Puskesmas Pulau Mansinam kategori wilayah non selektif.
“Kalau wilayah yang selektif, kita hanya mengejar yang belum diimunisasi campak, kalau yang wilayah non selektif atau daerah kota, biar sudah diimunisasi tetap kita berikan imunisasi campaknya karena sudah status KLB dan status KLB tidak lagi suspek tetapi ditetapkan langsung positif sehingga penanganannya langsung pemberian imunisasi,” jelasnya.
Dr Mince menyebutkan, dalam sweeping yang dilakukan sejak 3-20 Juli 2023, ditemukan 87 kasus campak baru tersebar di wilayah kerja 15 puksesmas yang ada di Manokwari, dan satu anak dalam keterangan meninggal dunia.
“Setelah teman-teman melakukan swiping campak di Warmare ada yang informasi satu orang serampah suspek campak dan meninggal, informasi itu pas kita rapat evaluasi,” sebutnya.
Kepala Seksi Surveilans Imunisasi, dr. Mince Willi mengaku, persentase capaian sweeping imunisasi campak masih rendah, karena terkendala beberapa faktor, seperti adanya penolakan orang tua, cuaca, dan kurangnya pemahaman orang tua.
“Ada yang pemahamannya kalau bintik merah adalah serampah, cukup minum air kelapa, air sagu, dan pakai baju merah sudah bisa sembuh, padahal bahaya campak bisa menyebabkan kematian. Kita sudah minta bantuan kader posyandu, bidang promosi kesehatan dan stackholder untuk sosialisasi tentang campak,” beber dokter Mince.
Dirinya mengajak para orang tua yang memiliki anak usia 9 bulan sampai 5 tahun yang belum mendapatkan imunisasi lengkap bisa ke puskesmas terdekat, demi kesehatan anaknya, begitu juga dengan ibu yang sedang hamil untuk rajin memeriksa kesehatan ibu dan janinnya. [SDR-R3]