Manokwari, TABURAPOS.CO – Dinas Pariwisata Kabupaten Manokwari diminta agar jangan lemah untuk menertibkan retribusi di tempat-tempat pariwisata.
Khususnya di pantai wisata Pasir Putih.
Pasalnya, penarikan retribusi baik parkir maupun penggunaan tempat di pantai wisata Pasir Putih dinilai masih meresahkan pengunjung, karena tanpa disertai dengan karcis, dan terkadang nominalnya bervariasi.
“Bisakah ditertibkan retribusi pariwisata khususnya di Pasir Putih. Pasir Putih itu kok tidak berubah-ubah tampilannya, tapi kok duduk disitu sudah bervariasi harganya ada yang Rp 50 ribu ada sampai Rp 500 ribu, padahal jaraknya hanya berapa meter,” celetuk Sekretaris Komisi A DPRD Manokwari, Suryati Faisal saat hearing bersama Dinas Pariwisata Manokwari, di Kantor DPRD Manokwari, Rabu (26/7).
Tidak hanya penggunaan tempat, Suryati menyoroti, retribusi parkir di pantai wisata Pasir Putih juga dinilai tidak masuk akal, lantaran tidak disertai karcis dan nilainya pun tinggi dan bervariasi.
“Trus mobil ada yang Rp 20 ribu, Rp 50 ribu, mobil bagus-bagus Rp 100 ribu,” keluh Suryati lebih lanjut.
Dia mengatakan, tidak menjadi masalah apabila retribusi di pantai wisata Pasir Putih dikelola oleh masyarakat setempat.
Akan tetapi, harus diatur lebih baik, agar ada pemasukan bagi pemerintah.
“Tidak masalah dikelola masyarakat, tapi diatur baik mana yang masuk ke pemerintah mana yang buat masyarakat. Kita boleh sayang masyarakat,” kata Suryati.
Dikatakannya, jika hal ini terus dibiarkan, maka bisa menjadi sebuah bentuk pembodohan bagi masyarakat, karena uang hasil penarikan retribusi tidak dipakai untuk menunjang perekonomian mereka, tetapi ada yang digunakan untuk beli minuman dan lem aibon.
“Coba pariwisata diperhatikan kalau hari sabtu dan hari minggu, kalau target 1 sampai 10 persen, setidaknya ada 1 persen yang masuk ke pemerintah untuk mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di pariwisata, jangan mengharapkan uang dari pemerintah yang turun dari pusat,” kata Suryati.
Suryati meminta agar Dinas Pariwisata lebih banyak berinovasi dan mengembangkan ide untuk penataan pariwisata yang ada di Manokwari.
“Kalau tidak begitu maka Manokwari identik dengan hidup tidak mati juga tidak, jadi tolong dinas pariwisata perhatikan itu,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Manokwari, Immanuel Pangaribuan mengatakan baru satu tahun bertugas.
Dirinya mengatakan, akan melakukan penataan kedepannya karena masih banyak terjadi pungutan-pungutan liar. [SDR-R3]