Ransiki, TP – Ikatan Keluarga Maluku (Ikemal) Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) merayakan HUT ke-6, di Pendopo Lahai Roi, Ransiki, Kabupaten Mansel, Rabu (27/9).
Dengan Tema ‘Katong satu, katong kuat’ dan Sub Tema ‘Melalui peringatan ulang tahun ke-6 IKEMAL, mari memperkokoh tali persaudaraan berlandaskan adat budaya pela-gandong dan berkomitmen mendukung pembangunan di Kabupaten Manokwari Selatan’.
Peringatan HUT ke-6 Ikemal turut dihadiri Asisten I Setda Kabupaten Mansel, Syahrial, Kepala Distrik Ransiki, Ishak Indou serta Bernard Mandacan selaku Kepala Suku Hatam.
Tarian katreji yang dibawakan oleh gabungan pelajar SD, SMP dan SMA, yang dilatih oleh Helen Noya dan Onna Mahulete, turut mengisi rangkaian acara perayaan HUT ke-6 Ikemal. Begitu juga dengan menyanyikan lagu gandong sebagai sebuah cerita tentang persaudaraan orang Maluku.
Pada kesempatan itu, Ketua Ikemal Mansel, Yacob Liklikwatil mengaku, Ikemal didirikan ada tahun 2015 di Kampung Ambon, Ransiki, tetapi secara administrasi baru di akui Pemerintah Kabupaten Mansel tahun 2017, sehingga Ikemal baru berjalan selama 6 tahun.
Menurut dia, telah banyak hal yang Ikemal lakukan selama 6 tahun perjalanan tetapi banyak kendala juga yang menyebabkan wadah Ikemal ibarat penyu yang hidupnya timbul tenggelam tetapi itulah keadaan yang harus di hadapi.

“Sudah satu tahun ini Ikemal belum bisa berjalan seperti biasa, pengurus vakum, itulah kekurangan kami dan akan kami upayakanw supaya Ikemal berjalan terus,” ucap Liklikwatil.
Ia mengungkapkan, visi-misi Ikemal kedepan adalah menyatukan semua ikatan keluarga kampung untuk ada di bawah Ikemal, termasuk menyatukan pilar-pilar.
Dia pun berjanji untuk menertibkan warga Maluku mulai dari Daratan Isim sampai ke Distrik Oransbari dan dititipkan kepada masing-masing Kepala Distrik untuk dibina dengan baik sehingga lebih menghargai dan menghormati hak-hak adat orang Arfak di atas tanah mereka sendiri.
“Mari kita membangun kehidupan yang harmonis dan hidup saling berdampingan dengan Suku Besar Arfak di atas tanah ini. Jikalau ada tindakan dari warga Maluku yang kurang berkenan, kami memohon maaf,”ajak dia.
Di akhir sambutannya, Liklikwatil mengutip pesan Ketua Ikemal Jayapura yang pernah mengatakan bahwa orang Maluku datang ke Papua tidak berada di Pasar-pasar dan jalan-jalan tetapi orang Maluku datang di Sekolah-sekolah dan Rumah Ibadah. Maka dari itu, generasi muda Maluku saat ini harus mewarisi perbuatan baik yang sudah dilakukan oleh para leluhur Maluku di atas tanah ini.
Apapun pekerjaan yang orang Maluku geluti di atas tanah ini, semuanya harus dilakukan dengan hati yang tulus guna mendukung program Pemerintah Daerah.
Sementara itu, Kepala Suku Hatam, Bernard Mandacan mengatakan, kehidupan orang Maluku di atas Tanah Arfak sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan, ada banyak karya yang sudah dilakukan para orang tua Maluku yang sudah dirasakan masyarakat Arfak di Kabupaten Mansel.
Dia mengakui, kedatangan orang Maluku sejak dahulu di atas Tanah Arfak ada yang datang sebagai penginjil, guru jemaat dan juga menjadi guru di Sekolah-sekolah dan mengajari anak-anak Arfak pada masa itu tentang ilmu dan pengalaman hidup. Itu menjadi sebuah catatan sejarah bagi Suku Arfak.
Untuk itu, dirinya mengajak, seluruh masyarakat Maluku untuk sama-sama menjaga Manokwari Selatan sebagai rumah bersama dengan tetap menjaga keamanan dan ketertiban umum serta keharmonisan umat beragama di atas Tanah Arfak.
Asisten I Setda Kabupaten Mansel, Syahrial mengatakan, data pemerintah daerah membenarkan bahwa kedatangan orang Maluku di Manokwari Selatan sejak jaman dulu adalah sebagai pendidik, guru jemaat dan pendeta yang bertugas di kampung-kampung di daerah-daerah pelosok.
Dirinya pun berpesan, kepada seluruh warga Maluku di Kabupaten Mansel untuk bersama-sama Pemerintah Daerah menjaga keamanan dan kedamaian di Kabupaten Mansel.
“Mari kita bisa persatuan dan kesatuan dengan Suku Besar Arfak dan Suku lainya di atas Tanah ini. Tetap jaga keamanan dan ketertiban di Manokwari Selatan, memasuki Pemilu 2024,” tutup dia. [BOM-R4]