Manokwari, TABURAPOS.CO – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat mengadakan Pelatihan Usaha Tani Berkualitas (Petatas) bagi kelompok tani di Manokwari, di pusatkan di Gedung Lodwijk Mandacan, SP 4, Jumat (6/10).
“Kegiatan Petatas itu untuk mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Tahun 2023, sekaligus menjadi bukti nyata komitmen kita menyongsong BNPIP sebuah langkah penting dalam memastikan ketersediaan pasokan pangan yang stabil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat,” kata Kepala BI Ppaua Barat, Rommy S. Tamawiwy dalam keterangan tertulisnya diterima Tabura Pos via WhatsApp, kemarin.
Tamawiwy mengutarakan, inflasi pangan merupakan suatu fenomena yang dapat berdampak signifikan terhadap kestabilan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Harga-harga pangan yang naik dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, serta berdampak pada indeks inflasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya pengendalian inflasi pangan menjadi semakin penting dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu pilar utama dalam menghadapi tantangan inflasi pangan adalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan pangan semata, tetapi juga meliputi aspek aksesibilitas, kualitas gizi, dan keberlanjutan produksi pangan. Namun, di tengah-tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga bahan baku, serta permasalahan dalam rantai pasokan pangan, terdapat beberapa kendala yang perlu kita hadapi bersama.
Ketidakpastian cuaca yang semakin sering terjadi dapat mengancam produksi pertanian, dan perubahan pola curah hujan dapat mempengaruhi produktivitas tanaman. Disamping itu, keterbatasan lahan dan teknologi pertanian tradisional juga menjadi hambatan dalam meningkatkan produksi pangan. Namun, dalam berbagai tantangan inilah terletak peluang bagi kita untuk mencari solusi inovatif dan berkelanjutan.
“Melalui Petatas, kita telah mengambil langkah awal yang kuat untuk menghadapi permasalahan tersebut. Melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan akses terhadap teknologi modern, para petani dan pelaku usaha tani akan mampu mengoptimalkan produksi dengan cara yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan meningkatkan produktivitas pertanian, kita dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan dari daerah lain, menuju kabupaten Manokwari sebagai lumbung pangan di Provinsi Papua Barat, dan memastikan pasokan pangan yang cukup di pasaran,” jelasnya.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat juga menjadi kunci dalam menjawab tantangan ketersediaan pasokan pangan. Peningkatan investasi di sektor pertanian, pengembangan infrastruktur pendukung pertanian, serta dukungan dalam penyediaan modal dan akses pasar, akan memberikan dukungan nyata bagi para pelaku usaha tani.
“Saya percaya, dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, kita mampu mengatasi permasalahan inflasi pangan terutama menjaga ketersediaan pasokan dan menjaga kesejahteraan masyarakat. Marilah kita manfaatkan Pelatihan Usaha Tani Berkualitas ini sebagai wahana untuk memperkuat kapasitas para pelaku usaha tani dan menciptakan inovasi-inovasi yang membawa dampak positif bagi ketahanan pangan dan ekonomi kita,” pungkasnya.
Pelatihan Petatas kali ini akan memaparkan mengenai penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat memicu peningkatan produktivitas pertanian.
Kedepannya, kegiatan ini diharap akan terus dilaksanakan secara berkelanjutan untuk membahas mengenai inovasi dan solusi akan permasalahan ketersediaan pasokan.
“Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, kami akan melaksanakan pilot project pemanfaatan pupuk organik dalam rangka menciptakan petani berkualitas. Pilot project ini akan dilaksanakan di Kelompok Tani Setia Bersama,” ungkapnya.
Dirinya berharap pilot project yang akan BI lakukan dapat direplikasi atau ditiru oleh kelompok tani lain sehingga dampak dari pemanfaatan pengetahuan ini lebih terasa. [*SDR-R4]