Manokwari, TABURAPOS.CO – Harmoni sosial dan kerukunan umat beragama di Provinsi Papua Barat merupakan kunci utama pembangunan kesejahteraan dan keadilan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini dikatakan Penjabat Sekda Provinsi Papua Barat, Jacob Fonataba bersama Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Papua Barat, Luksen J. Mayor, Kepala Kantor Perwakilan BI Papua Barat, Rommy S. Tamawiwy, dan para perwakilan Pemkab Manokwari, TNI, Polri, dalam launching Gerakan Masyarakat Papua Penuh Damai (Gemar Papeda) di Masjid Ridwanul Bahri, Fasharkan, Manokwari, Jumat (6/10).
Dikatakan Fonataba, hakikat kebijakan pemerintah melalui Otonomi Khusus (Otsus) untuk Provinsi Papua merupakan kebijakan kesejahteraan produktif bagi orang asli Papua melalui tiga pendekatan relasi, yakni perlindungan, afirmasi, dan pemberdayaan mencakup tiga isu utama, baik pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Ia menerangkan, percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan akan jauh efektif diarahkan pada pemberdayaan ekonomi dari usaha-usaha yang dilakukan oleh mama-mama Papua.
“Faktanya, peran para mama Papua sangat besar dalam menopang ekonomi keluarga melalui berbagai aktivitas perdagangan yang mereka lakukan di pasar dan di halaman rumah,” jelas Fonataba.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Rommy S. Tamawiwy menjelaskan, pihaknya mengapresiasi Gemar Papeda yang dilakukan Kantor Perwakilan Kementerian Agama Papua Barat.
“Ko top kalau ko beli produk lokal mama-mama Papua. Ini terkait dengan gerakan yang dikampayekan bahwa kita mesti cinta produk-produk lokal dan kami juga kampanyekan Lima Bangga terhadap produk lokal,” kata Tamawiwy kepada para wartawan di sela-sela kunjungan ke Pasar Sanggeng, Jumat (6/10).
Ditambahkannya, Lima Bangga terhadap produk lokal, yakni bangga menanam pangan lokal, bangga menjualnya, bangga membeli hasil pangan lokal, bangga memasak dan bangga memakannya.
“Kita lagi gelar lomba untuk kampung peduli inflasi, lomba kelompok tani peduli inflasi, bahkan nantinya akan lomba kreasi hasil pangan lokal. Ini strategi kita mengendalikan inflasi di Manokwari dan Papua Barat,” tukasnya.
Dikatakannya, cinta akan pangan lokal merupakan gerekan yang harus dilakukan dengan harapan masyarakat tidak lagi bergantung pada beras, tetapi ada pangan pendamping beras yang bisa dikonsumsi.
“Kita harus menikmati pangan lokal dengan kebanggaan, karena itu adalah jati diri kita. Kita dibesarkan dengan pangan lokal dan hari ini, mari kita tumbuhkan kebanggaan itu,” ujar Tamawawy.
Sedangkan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Papua Barat, Luksen J. Mayor menuturkan, apa yang dilakukan hari ini merupakan gerakan untuk membuat Papua damai dan mama Papua sejahtera.
Ia berharap, Gemar Papeda menjadi spirit harmoni dan kerukunan di Papua Barat dan tentu ini menjadi gaya hidup bagi masyarakat di sini untuk bangga pangan lokal, terutama bagi para ASN.
“Tidak ada orang lain yang melihat mama-mama Papua, selain birokrasi kita di Papua Barat. Jadi, spiritnya tidak berhenti di sini, tapi kami akan dorong pangan lokal diakomodir dalam menu sajian di perhotelan dan acara resmi pemerintahan,” tandas Mayor.
Dari pantauan Tabura Pos, usai launching Gemar Papeda, Penjabat Sekda Papua Barat, Kepala Perwakilan BI Papua Barat, dan Kepala Kantor Wilayah Agama mengunjungi Pasar Sanggeng untuk mengecek harga bahan pokok, sekaligus berbelanja pangan lokal mama-mama Papua.
Kehadiran pejabat di Pasar Sanggeng, disambut positif para pedagang, terutama mama-mama Papua, karena hasil kebun yang dijual langsung diborong para pejabat.
Gemar Papeda tidak hanya berlangsung di ibu kota Provinsi Papua Barat, tetapi secara serentak di enam kabupaten lain di Papua Barat. [FSM-R1]