Manokwari, TABURAPOS.CO – Radikalisme, terorisme atau kekerasan, kritisnya lingkungan hidup, pemulihan kesehatan dan ekonomi maupun stunting akan menjadi perhatian serius yang dijabarkan dalam setiap program kerja.
Hal ini diungkapkan, Ketua Presidium Wanita Katolik Republik Indonesia, DPD Papua Barat periode 2023-2028, Angelina Ayu Y. Sugiarty dalam sambutan perdananya usai dilantik di gereja Katolik Paroki Agustinus, Brawijaya, Manokwari, Minggu (22/10).
Dikatakan Sugiarty, persoalan ini tentunya menjadi perhatian bersama kedepan dalam membuat program-program yang membangun kesadaran dalam kaitannya dengan keharmonisan.
“Kehidupan dalam keberagaman dan membangun budaya atau gaya hidup sehat sederhana,”ucap Sugiarty dalam pers release yang diterima Tabura Pos via WhatsApp, Minggu (22/10).
Ditegaskan Sugiarty, WKRI merupakan organisasi yang berasas pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dengan visi organisasi mandiri, sosial aktif.
Dengan misi terbagi dua, baik misi internal maupun eksternal diantaranya, sebut Sugiarty, misi internal adalah meningkatkan kualitas anggota dan organisasi.

Sedangkan, sambung dia, misi eksternal yakni, memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender seluruh dimensi kehidupan, mengupayakan lingkungan hidup yang seimbang.
“WKRI DPD Papua Barat siap bergandengan tangan dengan pemerintah, gereja dan para stekaholder maupun organisasi perempuan di tingkat daerah,” tandasnya.
Dalam pers release yang sama, Penjabat Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw yang diwakili Staf Ahli Gubernur, Eduard Toansiba mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat menyambut baik kehadiran Organisasi WKRI di wilayah Papua Barat.

Dikatakan Toansiba, kehadiran WKRI DPD Papua Barat dapat ikut membantu dan mendukung sekaligus perpanjangan tangan pemerintah dalam menyukseskan program-program pemerintah.
“Pelayanan kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua Barat ini, hingga sampai di pelosok negeri ini,”tuturnya.
Dirinya berharap, WKRI DPD Papua Barat dalam melaksanakan visi dan misi dapat membina kerjasama dengan berbagai kelompok organisasi perempuan.
“Baik dalam lingkup gereja maupun di lingkup kemasyarakatan serta pemerintahan sebagai pelopor kelangsungan hidup bermasyarakat,”singkat Toansiba. [*FSM-R3]




















