Manokwari, TABURAPOS.CO – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari, Kukuh Saptoyudo mengakui, sawah aktif di Manokwari mengalami penyusutan, terlebih di daerah Masni.
Menurutnya, saat ini sawah yang produktif setiap musim tanam tersebar di daerah Prafi, Masni, dan Sidey sekitar 1.200 hektar.
“Itu tersebar, yang banyak di Prafi sekitar 783 hektar dan paling banyak di SP 1. SP 5 sekitar 20-an hektar,” kata Kukuh kepada Tabura Pos di kantornya, belum lama ini.
Kukuh mengungkapkan, sawah aktif di dataran Masni bisa dikategorikan menyusut besar atau ‘habis’ karena dampak dari tambang emas ilegal.
Ia menerangkan, menyusutnya sawah aktif di dataran Masni karena sumber air yang digunakan dari bendungan Wariori tercemar limbah tambang ilegal. Dampaknya, petani mengalami gagal panen dan mendiamkan lahannya sehingga menjadi sawah tidak aktif.
“Di Masni yang habis, sekarang tinggal sekitar 32 hektar. Sebelum terkena dampak limbah tambang yang aktif sekitar 300 hektar,” ungkapnya.
Kukuh mengibaratkan, petani padi di Masni ibaratnya sudah terjatuh tertimpa tangga. Sebab, sebelum air dari Sungai Wariori, beberapa hektar sawah di daerah tersebut tidak bisa digunakan karena pembangunan irigasi.
“Masni ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga, karena sebelum Kali Wariori tercemar, pembangunan irigasi lamanya 2 tahun, sehingga 2 tahun petani tidak nyawah,” ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan ini menambahkan, telah ditemui sejumlah petani di Masni yang ingin mengaktifkan kembali lahan sawah yang sudah tercemar limbah.
“Saya sudah ditemui masyarakat mau tanam lagi. Saya apresiasi itu,” tandasnya. [SDR-R3]