Sorong, TP – Universitas Cenderawasih (Uncen) berencana menghadirkan program pendidikan vokasi di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia (SDM) berdasarkan karakteristik daerahnya.
Menurut Rektor Uncen, Dr. Oscar O.O. Wambrauw, SE, M.Sc. Agr kehadiran program pendidikan vokasi merupakan bagian dari kontribusi Uncen dalam rangka memaksimalkan setiap pelayanan program studi, tidak hanya di Jayapura, Papua saja, sehingga penyelenggaraan program studi disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Program studi pendidikan vokasi yang akan dibuka, diantaranya program D IV Destinasi Wisata, D IV Usaha Perjalanan Wisata, D IV Pengelolaan Perhotelan, dan D III Perminyakan dan tambahan 1 program studi akademik S-1 Hukum Bisnis, yang berkaitan dengan potensi yang ada di PBD.
“Sesuai permintaan Penjabat Gubernur, Uncen diminta ikut berperan dalam menyiapkan SDM unggul, sehingga kita mencoba melakukan analisa awal melalui kajian yang beliau siapkan bersama tim Uncen. Selanjutnya, dikajilah program studi yang sekiranya mencakup semua kebutuhan di PBD, terutama di Sorong yang merupakan daerah usaha dan industri,” katanya kepada para wartawan usai Rapat Kerja (Raker) Uncen 2024, Kamis (22/2/2024).

Dikatakannya, Uncen sedang berproses sesuai aturan yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Tinggi dan jika prosesnya lancar, maka penyelenggaraan program pendidikan vokasi ditargetkan terlaksana pada tahun ajaran baru di pertengahan tahun ini.
Ditanya tentang kesiapan tenaga pengajar, Rektor mengakui, pihaknya mempunyai keterbatasan, tidak tidak begitu dikhawatirkan, karena Uncen siap berkolaborasi dengan praktisi sejumlah perguruan tinggi di luar daerah guna menyukseskan penyelenggaraan program vokasi tersebut.
“Kami harus bermitra dengan kampus lain. Ini erat kaitannya dengan metode belajar di luar kampus utama. Metode itu juga selalu mendapat dukungan pemda, sehingga dalam rangka proses pelaksanaan kegiatan tersebut, pemda pasti terlibat dan berkontribusi bersama kami,” tandas Wambrauw.
Diutarakannya, dalam pemanfaatan tenaga pengajar di bidang vokasi, juga dibutuhkan praktisi dari dunia kerja, karena dalam pendidikan vokasi, kurikulum penyelenggaraan hanya 30 persen teori, sedangkan sisanya 70 persen adalah praktek.
“Oleh sebab itu, tidak murni dosennya berasal dari kampus. Kami justru sangat membutuhkan praktisi atau orang yang memang sudah menggeluti dunia usaha atau industri untuk terlibat menjadi pengajar,” katanya. [CR24-R1]