Manokwari, TABURAPOS.CO – Akses transportasi udara dari dan ke Manokwari, sebagai Ibu kota Provinsi Papua Barat terbilang masih begitu sulit. Bagaimana tidak, sudah beberapa pekan ini, warga banyak yang kesulitan mencari penerbangan saat ingin melakukan perjalanan keluar daerah.
Selain cukup sulit, harga tiket penerbangan juga melambung tinggi, hingga menjadi salah satu penyokong inflasi di Papua Barat pada Februari 2024, yaitu transportasi udara (0,08) persen.
Sesuai rilies Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat pada Februari 2024 di Provinsi Papua Barat terjadi inflasi bulanan atau m-to-m sebesar 0,13 persen dan inflasi tahunan atau y-on-y sebesar 3,61 persen.
Penyumbang utama inflasi Februari 2024 adalah kelompok transportasi udara atau harga tiket pesawat dengan andil 0,08 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain beras, ikan cakalang, bayam dan bawang putih.
Menanggapi hal itu, Pj Gubernur Papua Barat Ali B. Temongmere mengakui angkutan udara turut memberikan andil terhadap inflasi di Papua Barat.
Temongmere mengakui, beberapa waktu terakhir angkutan udara di Papua Barat agak terbatas karena penerbangan dari dan ke Manokwari terhenti. “Beberapa waktu memang angkutan udara di Papua Barat, dari dan ke Manokwari terhenti Batik Air tidak beroperasi lagi,” ungkap Temongmere saat menghadiri rilis inflasi yang dilaksanakan oleh BPS Papua Barat di kantornya, Jumat (1/3/2024).
Mengatasi persoalan tersebut, Temongmere mengatakan, telah berkomunikasi dengan maskapai penerbangan Batik Air dan Lion dan dalam waktu dekat kedua maskapai tersebut dipastikan akan aktif kembali melayani rute ke dan dari Manokwari.
“Sudah kami hubungi dan direncanakan pada 2 maret sudah bisa aktif lagi diawali 3 kali penerbangan Sorong-Manokwari,” ungkapnya.
Pemprov Papua Barat, kata Temongmere, sedang berkoordinasi agar dua maskapai tersebut mendapatkan jalur penerbangan langsung Jakarta-Manokwari. [SDR-R3]