Manokwari, TP – Belakang ini cuaca di Kabupaten Manokwari, tidak menentu. Kadang hujan dan tiba-tiba saja panas yang begitu menyengat.
Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Rendani Manokwari, Daniel Tandi mengungkapkan apabila saat ini iklim yang terjadi di Kabupaten Manokwari sedang bertransisi dari musim hujan ke musim kemarau atau musim pancaroba.
Hal itu, sambung dia, membuat iklim yang terjadi di Kabupaten Manokwari khususnya, bisa berubah kapan saja, baik itu bisa terjadi hujan maupun panas.
“Wilayah di Indonesia pada umumnya sudah masuk di musim kemarau. Kecuali kita di Manokwari masih di musim pancaroba,” jelas Kepala BMKG Stasiun Rendani, Daniel Tandi kepada wartawan di Kantor SAR Manokwari, Rabu (31/7/2024).
BMKG Arfai, kata Tandi, memprediksikan musim pancaroba akan berakhir pada awal Agustus sehingga bulan Agustus ini musim di Manokwari sudah masuk pada musim kemarau.

“Sebenarnya prediksi kemarin di bulan Juli musim kemaraunya, tapi bergeser karena beberapa hari dalam bulan Juli ini masih terjadi curah hujan yang lumayan,” jelasnya.
Menyoal tentang musim kemarau, Daniel Tandi mengatakan, apabila kemarau yang terjadi di wilayah Manokwari berbeda dengan yang terjadi di wilayah Jawa.
“Pada umumnya kalau musim kemarau di Jawa, betul-betul tidak ada hujan. Kalau pun ada hujan terjadi 20 hari, 40 hari dan ada yang juga 3 bulan. Berbeda dengan kita di wilayah Manokwari, Papua Barat,” terang Daniel Tandi.
Lanjut, Tandi menerangkan, meskipun sudah musim kemarau, tetapi di wilayah Manokwari masih terjadi hujan antara 10 hari di bawah 50 mili meter, tetap ada.
Daniel Tandi menambahkan, secara peta Manokwari masih kategori aman karena masih normal sekalipun sudah musim kemarau.
“Walaupun sudah masuk musim kemarau tapi kita di Manokwari Papua Barat masih aman, tidak ada wilayah-wilayah kategori merah yang mudah terbakar,” bebernya.
Daniel Tandi menerangkan, sebenarnya saat ini sedang dalam anomaly iklim El Nino atau pemanasan suhu permukaan ke La Nina atau kebalikannya dari El Nino.
Akan tetapi, sambung Daniel Tandi, tidak terlalu terasa di Manokwari Papua Barat, karena daerah ini di dukung dengan faktor lokal yang kuat, sehingga berbeda dengan daerah di bagian barat Indonesia.
“Keunikan di Manokwari atau Papua Barat adalah faktor lokal-nya kuat. Jadi, walaupun ada faktor regional atau global seperti El Nino, La Nina, dampaknya tidak terlalu terasa di Manokwari, Papua Barat, beda dengan di Jawa yang betul-betul kering, di Sumatera yang ada terjadi kebakaran hutan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, akhir-akhir ini terjadi panas di wilayah Manokwari, awan di bawah langit Manokwari dalam kondisi tipis, sehingga tidak bisa menyerap suhu panas dari mata hari.
“Kalau mau masuk musim kemarau jumlah awan sedikit bahkan hampir tidak ada awan dan atmosfer panas langsung terbuang ke langit, makanya kalau pagi sampai siang panas, tapi malamnya dingin,” pungkasnya. [SDR-R3]