Sorong, TP – Penjabat sementara (Pjs) Bupati Raja Ampat, Anhar Akib Kadar dan Sekda Kabupaten Raja Ampat, Yusuf Salim merilis buku ‘Etika Berwisata di Raja Ampat’, Rabu (16/10/2024).
Kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Yayasan Konservasi Indonesia (KI) sebagai upaya pelestarian sumber daya alam di Raja Ampat.
Buku setebal 22 halaman itu berisikan tata cara beraktivitas di sejumlah destinasi wisata. Selain dalam bentuk fisik, buku itu juga bisa diperoleh dalam bentuk buku elektronik (e-book) dalam beberapa bahasa, diantaranya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Perancis.
Yusuf Salim mengatakan, buku ini tidak hanya berguna bagi wisatawan, juga bisa menjadi pegangan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas.
Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri menambahkan, secara garis besar buku Etika Berwisata di Raja Ampat memuat panduan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, mulai aturan umum berwisata di Raja Ampat, aturan dalam aktivitas wisata, seperti pengamatan burung, ketam kenari hingga melakukan SCUBA diving dan snorkeling.
Buku ini juga mencakup aturan-aturan yang melekat kepada objek-objek wisata spesifik, seperti pada situs penyelaman Manta Sandy, danau ubur-ubur di Pulau Misool, kawasan dan puncak Pyainemo, air terjun, hingga Wayag.

“Upaya konservasi di Raja Ampat harus terus dilakukan agar manfaatnya dapat terus dirasakan masyarakat. Tentunya dengan kolaborasi antarpihak, mulai pemerintah, masyarakat, hingga mitra-mitra terkait. Buku ini adalah salah satu perwujudan dari kolaborasi tersebut,” jelas Syafri.
Sementara Koordinator Satuan Kerja (Satker) Raja Ampat dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indri Widhiastuti yang menaungi pengelolaan Kawasan Konservasi Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Kawasan Konservasi Kepulauan Raja Ampat, menilai kehadiran buku ini bisa mendorong wisata yang bertanggung jawab dan memerhatikan dampak dari aktivitas masyarakat dan wisatawan.
“Buku ini juga dapat menginspirasi pengembang pariwisata untuk menerapkan prinsip-prinsip kesinambungan dalam proyek mereka, serta membangun hubungan yang saling menguntungkan antara wisatawan dan masyarakat setempat, sehingga dapat tercipta pengalaman berwisata yang positif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak,” imbuh Indri.
Direktur Program Papua dari Konservasi Indonesia, Roberth Mandosir, menambahkan, buku yang disusun secara kolaboratif antara Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, dengan Satker Raja Ampat BKKPN Kupang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Konservasi Indonesia dan mitra-mitra pembangunan lainnya ini, lahir untuk mencapai misi destinasi wisata yang berkelanjutan.
“Pariwisata tentunya memiliki implikasi dan kita perlu mempertimbangkan dampak dari kehadiran manusia dan aktivitas wisata yang terjadi di sekitarnya. Untuk keberlanjutan Raja Ampat, harus ada aturan mengenai bagaimana perlakuan yang ramah lingkungan agar kondisi dan keseimbangan ekosistem terpelihara. Lebih dari itu, keberhasilan Raja Ampat perlu disebarluaskan pembelajarannya ke wilayah-wilayah lain di Bentang Laut Kepala Burung dan Tanah Papua. Ke depan kita berharap Raja Ampat dapat menjadi center of excellence sebagai sarana belajar mengenai pengelolaan sebuah kawasan wisata,” pungkasnya. [*CR24-R1]