Manokwari, TP – Fakultas Kehutanan, Universitas Papua (Fahutan – Unipa) Manokwari, komunitas Pena Kreatif Papua Barat, dan Papuan Traditional Music menggelar Papua Art Festival 2024 di Auditorium Unipa Manokwari, Sabtu (16/11/2024) silam.
Dalam Papua Art Festival 2024, peserta ditantang untuk berkompetisi pada 3 kategori, yaitu: string band akustik Papua, menulis cerita pendek (cerpen) dan menulis feature bertema Pelestarian Lingkungan Hidup.
Wakil Dekan III, Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Manokwari, Petrus A. Dimara mengatakan, event ini dalam rangka meningkatkan tali persaudaraan di antara sesama seniman di tanah Papua.
“Ini langkah awal yang baik, di samping untuk mengangkat akreditasi program studi di Fahutan Unipa, sekaligus menjaga tali persaudaraan para seniman dan upaya pelestarian seni dan budaya Papua,” jelas Dimara kepada para wartawan di Fahutan Unipa, Manokwari, kemarin.
Ia mengatakan, melalui event ini, pihaknya ikut berkontribusi menjaga dan melestarikan seni dan budaya di tanah Papua. “Kita tetap berada dalam bingkai NKRI untuk tetap menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya orang Papua dan tetap menjaga Bhineka Tunggal Ika dan lainnya,” kata Dimana.
Koordinator Program Studi D3 Budidaya Hutan, Desca Worabai menambahkan, dalam Papua Art Festival 2024, selain kategori lomba string band akustik Papua, juga ada menulis cerpen dan feature.
“Nah, lomba penulisan cerpen dan feature untuk menumbuhkan semangat menulis dari kalangan muda di tanah Papua. Sebab, hal ini akan menjadi penting ketika mereka berada di studi akhir,” kata Desca Worabai kepada para wartawan di Fahutan Unipa, Senin (21/10/2024).
Akademisi Fahutan, Unipa ini menambahkan, budaya menulis menjadi lemah, khususnya di kalangan muda Papua sekarang, sehingga tujuan atau sasaran dari kegiatan untuk menumbuhkan semangat menulis dari masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda Papua.
Ditanya tentang tema yang diangkat dalam lomba penulisan cerpen dan feature, ia menjelaskan, tema yang diangkat menekankan pelestarian lingkungan hidup.
“Pertama, kita berada pada Universitas yang dasarnya terkait konservasi, karena ini berkaitan dengan kerja sama Fahutan mewakili Universitas bersama dua komunitas di Manokwari,” kata Desca Worabai.
Kedua, kata dia, kebetulan event ini berlangsung di ibu kota provinsi yang mempunyai gagasan pembangunan berkelanjutan atau provinsi konservasi. Dari kedua alasan inilah, ungkap dia, maka pihaknya mendorong tema yang berkaitan dengan pelestarian, baik pelestarian lingkungan hidup maupun pelestarian budaya.
Dengan demikian, kata Desca Worabai, mahasiswa atau masyarakat menyadari akan arti pentingnya menjaga lingkungan dan budaya di tanah Papua dan pengetahuan itu tetap pada posisinya, karena akhir dari event ini terutama feature dan cerpen akan dibukukan.
“Khusus untuk string band akustik Papua akan berlangsung 16 November, sedangkan penulisan cerpen dan feature dua minggu sebelumnya. Pengumuman lomba akan berlangsung Sabtu, 16 Oktober 2024,” ungkapnya.
Ketua Pena Kreatif Papua Barat, J. Papuana R. Mayor mengatakan, daya saing dan kreativitas masyarakat seni Papua, baik para pemerhati, pegiat, dan seniman harus dikembangkan. Hal ini, jelas Mayor, untuk menjaga eksistensi budaya Papua di era modern tetap menjadi kegemaran, baik di tanah Papua bahkan penjuru dunia.
“Kami menantang para seniman maupun generasi muda Papua untuk tiga ketegori lomba baik, string band akustik Papua, menulis cerpen, dan menulis feature,” kata Mayor kepada para wartawan di Amban, Manokwari, kemarin.
Mayor berharap melalui event ini bisa menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi di bidang seni musik, juga kreativitas dan imajinasi di bidang literasi.
“Lomba feature maupun cerpen dapat diharapkan menumbuhkan dan membangun daya kritis dan sikap independensi yang kredibel di kalangan muda Papua untuk tetap komitmen menjaga alam Papua,” tandas Mayor. [FSM-R1]