Sorong, TP – Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat Daya (PBD), Muhammad Musa’ad bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan Inspeksi mendadak (Sidak) di sejumlah gudang distributor, ritel pangan, serta gudang Bulog, pada Kamis (24/10/2024).
Musa’ad mengatakan, Sidak kali ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan TPID PBD dalam kesempatan high level meeting (HLM) pada Rabu (23/10/2024). Dimana dalam kesempatan tersebut dilakukan pembahasan terkait kenaikan inflasi di Papua Barat Daya dan langkah strategis pengendaliannya.
Dikatakan Musa’ad, berdasarkan hasil Sidak tersebut, ada beberapa hal yang menjadi catatan penting. Yakni terkait kenaikan tarif angkutan dan kontainer yang melonjak drastis.
“Berdasarkan informasi, terjadi kenaikan tarif angkutan laut dan kontainer yang signifikan sampai Rp 4-5 juta. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap harga komoditas pangan yang diangkut,” ujar Musa’ad.
Musa’ad mengaku, pihaknya juga belum mengetahui alasan kenaikan tarif kontainer. Oleh sebab itu, kondisi tersebut akan didiskusikan bersama TPID PBD, untuk selanjutnya dikoordinasikan bersama pemerintah pusat dalam rapat pengendalian inflasi yang dilksanakan tiap pekannya.
“Kami juga belum tahu apakah kenaikan tarif ini hanya terjadi di wilayah Papua saja, atau menyeluruh secara nasional. Namun untuk wilayah Papua ini terbilang cukup tinggi kenaikannya, sampai Rp 4-5 jutaan. Nanti kami bahas dalam rapat masional sehingga bisa kami ramu solusinya,” ungkapnya.

Sementara itu, lanjutnya, dari hasil pantauan di sejumlah gudang distributor, stok bahan pangan masih sangat melimpah dan dipastikan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat hingga 7 bulan ke depan.
“Gudang Bone Indah ini merupakan gudang distributor terbesar di Papua Barat Daya. Dari hasil pantauan tadi stoknya cukup melimpah, mulai dari beras, gula pasir, minyak, telur dan beberapa bahan pangan lainnya,” sambung Musa’ad.
Adapun dari hasil pantauan di Gudang Bulog Sub Drive Sorong, ketersediaan stok beras masih sangat aman, di angka 6.574 ton. Stok tersebut diprediksi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 7 bulan ke depan.
Hanya saja, akibat dampak kenaikan tarif angkutan kontainer juga berdampak langsung terhadap kenaikan harga beras dan minyak goreng.
“Yang harganya naik saat ini adalah beras dan minyak goreng kita. Karena mahalnya ongkos kontainer ke wilayah Papua ini membuat harga pasaran minyak kita ini melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Rp 14.500,-,” bebernya.
Kendati demikian, Musa’ad menuturkan bahwa kenaikan harga yang terjadi masih dalam kategori wajar. Namun, Musa’ad juga mengingatkan para pedagang untuk dapat menjalankan bisnisnya secara bersih dan jujur.
“Peringatan tegas untuk pedagang besar, distributor dan ritel jangan penimbunan stok, apalagi sampai melakukan permainan harga. Saya pastikan akan kami tindak tegas, akan berhadapan dengan hukum dan berurusan dengan Satgas pangan dari jajaran kepolisian,” tegasnya.
“Kita tahu bahwa salah satu tujuan berbisnis adalah untuk mencari keuntungan. Namun mohon kendalikan diri jangan sampai mengambil keuntungan terlalu tinggi, berbisnis lah dengan jujur,” imbau Musa’ad. (CR24-R1)



















