Ransiki, TP – Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) menggelar pelatihan membatik alami dan kimia kepada organisasi perempuan, pelajar dan PKK Kampung se-Distrik Ransiki, Selasa (12/11).
Ketua TP-PKK Kabupaten Mansel, Ny. Sri Lestari Waran mengatakan, kegiatan pelatihan membatik diselenggarakan dalam rangka menyongsong peringatan HUT ke-12 Kabupaten Mansel, yang jatuh pada tanggal 16 November 2024, mendatang.
“Di akhir masa jabatan sebagai Ketua TP-PKK Kabupaten Mansel, saya ingin memperkenalkan batik kepada seluruh lapisan masyarakat dan melarih mereka khususnya kaum perempuan supaya bisa belahar membatik dan melestarikan kerajinan membatik itu sendiri,” kata Lestari Waran kepada wartawan di Pendopo Lahai Roi, Ransiki, Selasa (12/11).
Menurut dia, membatik merupakan budaya Indonesia yang sudah sangat tersohor sampai ke kanca internasional maka cara dan teknik untuk membatik itu sendiri harus bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khsususnya kaum perempuan di Kabupaten Mansel.
Soal teknik, Lestari Waran menjelaskan, teknik membatik yang dikenalkan kepada kaum perempuan di Manokwari Selatan hari ini adalah teknik membatik berbahan baku alami dan kimia, karena merupakan teknik membatik yang sangat mudah dipahami, dibandingkan dengan teknik batik tulis yang sudah mendunia oleh karajinan membatik di Pulau Bali dan Jawa.
“Kalau batik tulis, untuk menyelesaikan 1 bahan kain itu bisa smpai 1 bulan, kalau membatik dengan teknik alami dan kimia hanya memerlukan waktu yang singkat yakni 1-2 hari untuk menyelesaikan 1 bahan,” ujar dia.

Lebih rinci, yang dimaksud batik alami adalah membatik dengan menggunakan bahan alami yang mudah didapatkan seperti kunyit, ubi ungu, buah merah dan jahe. Prosesnya, bahan mentah diblender hingga harus kemudian dimasak lalu kemudian air dan ampas dipisahkan, ampas digunakan untuk pewarnaan yang bersifat kental, sedangkan air digunakan untuk cara membatik sibori dan ciprat.
Lestari Waran mengungkapkan, berbicara soal motif dalam membatik, motif yang dipilih adalah motif Rumah Kaki Seribu dan Benda Adat Arfak, motif ibu digunakan untuk memperkenalkan budaya dan Adat Arfak ke dunia luar, sekaligus sebagai tanda penghargaan terhadap Adat-istiadat Suku Arfak yang merupakan bagian dari NKRI.
Lebih dalam, kalau selama ini masyarakat Indonesia mengetahui bahwa batik Papua identik dengan kebudayaan Wamena, maka lewat talenta membatik yang dimiliki, dia ingin menuangkan warna dan Adat-istiadat Suku Arfak dalam seni membatik, supaya bisa lebih dikenal dunia luar.
Dirinya berharap, dengan mengajarkan teknik dan motif membatik bagi kaum perempuan di Manokwari Selatan, kedepan ada perempuan Mansel yang bisa mewarisi kerajinan dan budaya membatik dan mengembangkan kerajinan membatik bagi generasi penerus di Kabupaten Mansel dengan mengedepankan motif kearifan lokal.
“Siapa sangka suatu saat ada mama-mama Papua yang menjadi pengusaha batik di Mansel atau setidaknya bisa menjadi pelaku UMKM dalam dunia kerajinan membatik di Mansel sehingga bisa menginspirasi orang lain,” tukas dia.

Sementara itu, Ketua Persekutuan Wanita GKI Solafide Ransiki, Helena Wambrauw/Sanoy, menyatakan, sebagai perempuan Papua, dia merasa bangga karena bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar membatik seperti perempuan-perempuan di Pulau Jawa.
Dia mengakui, belum lama belajar membatik bersama Ketua TP-PKK Kabupaten Mansel tetapi sudah bisa mengembangkan usaha rumahan membatik baju batik Papua yang kini sudah digunakan sebagai busana ibu-ibu PW GKI Silafide Ransiki.
“Ini kegiatan yang baik dan kita sangat senang bisa belajar membatik, yang penting kita tekun belajar pasti kedepan kita bisa memberi peluang bagi perempuan Papua yang lain, untuk belajar membatik dan membuka usaha membatik,” pungkas dia. [BOM-R4]