Manokwari, TP – Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari, Yan C. Warinussy, SH memberi apresiasi terhadap jajaran Satreskrim Polres Teluk Bintuni yang bekerja sangat cepat untuk menindaklanjuti laporan kasus penganiayaan aktivis lingkungan, Sulfianto Alias.
Diungkapkannya, dalam penanganan kasus ini sudah dinaikkan status pemeriksaannya ke tahap penyidikan, bahkan sudah menetapkan 5 orang tersangka.
“Masing-masing berinisial LA, MM, FMW, BM, dan DAS,” ungkap Warinussy dalam press release yang diterima Tabura Pos via WhatsApp, Sabtu, 21 Desember 2024.
Dirinya membeberkan, salah satu tersangka berinisial DAS ternyata seorang anggota polisi dan seorang anak salah satu calon bupati pada Pilkada di Kabupaten Teluk Bintuni berinisial LA.
Lanjut Warinussy, atas nama hukum berdasarkan amanat Pasal 351 KUHPidana, dirinya mendesak Kapolres Teluk Bintuni, AKBP Choiruddin Wahid dan jajaran tidak memberi ruang negosiasi berbentuk restorative justice (RJ) terhadap para tersangka.
“Perbuatan para tersangka diduga keras bertujuan membuat saksi korban, Sulfianto Alias menjadi luka berat dan atau berhalangan seperti cacat,” tambahnya.
Ditambahkan Warinussy, hal itu nampak dari cara para tersangka melakukan penganiayaan, ada 3 lokasi yang berbeda. Terakhir, rekan aktivis yang juga Direktur LSM Panah Papua tersebut ‘diculik’ dan dibawa keluar dari Kafe Cenderawasih dan hendak dieksekusi di lokasi Tanah Merah, Teluk Bintuni.
“Menurut saya sebagai sesama penegak hukum berdasarkan amanat Pasal 5 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat bahwa Polres Teluk Bintuni harus mendengar dengan baik keterangan saksi Roy Masyewi dan juga rekam digital pada handphone korban Sulfianto Alias yang saat ini ‘raib’,” jelas Warinussy.
Terkhusus terhadap anggota polisi berinisial DAS, pinta Warinussy agar diproses tersendiri dan mesti dibawa ke pengadilan serta dihukum seberat-beratnya. “Termasuk oknum DAS segera diproses untuk diberhentikan dengan tidak hormat,” pungkas Warinussy. [*TIM2-R1]
