Manokwari, TP – Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Papua Barat, Dr. Aser Rouw mengatakan, bahwa luas lahan15 ribu hektar yang ditargetkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI untuk program swasembada pangan melalui penanaman jagung itu hampir 90 persen sistem CSR atau melalui perusahaan.
Dr. Aser Rouw menjelaskan bahwa program swasembada pangan melalui penanama jagung ini merupakan program Kementan RI yang pelaksanannya melalui mekanisme intercropping sistem CSR dan mekanisme monokultur.
Untuk mekanisme intercropping sistem CSR itu melalui Perusahaan sedangkan mekanisme monokultur melalui petani dan dibantu langsung oleh Kementan RI berupa, berupa benih, alat dan mesin, dan pupuk subsidi.
Untuk Papua Barat sendiri sesuai dengan alokasi target yang diberikan oleh Kementan RI seluas 15 ribu hektar, hampir 90 persen sistem CSR yang lokasinya di kebun kelapa sawit.
“Perusahaan kelapa sawit yang dimaksud ini yang baru menanam 0-1 tahun dan maksimal 3 tahun. Karena kalau tiga tahun itu cover cropnya sudah besar tidak bisa ditanami, istilahnya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM),” kata Dr. Aser Rouw di Kampung Macuan, Distrik Masni, Kabupaten Manokwrai, Selasa (21/01).
Dr. Aser Rouw mengungkapkan, untuk Papua Barat, TBM paling besar berada diwilayah Kabupaten Fakfak dengan luas lahan sekitar 11 ribu hektar.
“Memang saat ini teman-teman Polda Papua Barat sedang melakukan verifikasi dan hasilnya bisa plus bisa minus. Jadi itu yang akan kita dorong untuk program swasembada pangan kita, perhatikan mana untuk kelompok petani dan mana yang CSR,” ungkapnya. [AND-R6-]




















