Manokwari, TP – Kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan BKKBN Provinsi Papua Barat, ditargetkan dapat mengintervensi sebanyak 1.342 bayi dan baduta atau bayi di bawah dua tahun yang beresiko stuinting.
Kepala Kantor Kementerian Kependudukan Pembangunan Keluarga dan BKKBN Provinsi Papua Barat, Philmona M. Yarollo menerangkan, target intervensi sebanyak 1.342 anak beresiko stunting adalah program nasional Genting atau gerakan orang tua asuh cegah stunting.
Diungkapkannya, program ini telah di-launching oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga di Jakarta pada 5 Desember 2024 lalu, dengan target 1 juta anak di seluruh Indonesia.
“Kita di Papua Barat dan Papua Barat Daya juga diberikan target yaitu 1.342 anak beresiko stunting di tahun 2025 ini. Di Papua Barat sebanyak 821 anak dan Papua Barat Daya sebanyak 521 anak,” jelas Yarollo kepada wartawan di sela-sela hadiri HUT Baznas Papua Barat, di Wosi, Sabtu (1/2/2025).
Dirinya menerangkan, data anak-anak beresiko stunting yang menjadi target intervensi sudah dimiliki Kantor Kementerian Kependudukan Pembangunan Keluarga dan BKKBN Provinsi Papua Barat.

Lanjutnya, mekanisme intervensi yang akan dilakukan berupa pemberian nutrisi dan gizi mulai dari ibu hamil dan bayi dan baduta selama 23 bulan atau 2 tahun.
“Jadi dari hamil sampai anak usia 2 tahun itu harus didampingi khususnya yang berisiko dengan pemberian nutrisi untuk mengsukseskan 1.000 hari kehidupan pertama,” bebernya.
Yarollo menerangkan, ada juga mekanisme intervensi non nutrisi yaitu berupa pembangunan jamban, rehab rubmah, sanitasi, edukasi kepada keluarga yang beresiko.
Dia menambahkan, program Genting ini tidak dibebankan pada APBN maupun APBD, tetapi bersumber dari mitra kerja dengan sistem sebagai orang tua asuh bagi balita yang beresiko stunting.
“Sehingga kita harus mencari mitra. Mitra pertama kami adalah Baznas Papua Barat, selain itu sampai saat ini sudah ada 42 mitra kerja yang sudah bersedia sebagai orang tua asuh,” pungkasnya.
Yarollo menambahkan, karena ribuan anak beresiko stunting tersebar di kabupaten dan kota di Papua Barat dan Papua Barat Daya, maka diharapkan pemerintah setempat bisa menggandeng mitra kerja di wilayahnya masing-masing.
“Ini targetnya 2 tahun untuk kita selamatkan dan sukseskan 1.000 hari pertama kehidupan sampai bayi atau baduta ini umur 2 tahun,” pungkasnya. [SDR-R4]