Manokwari, TP – Yayasan Cahaya Papua Barat yang berlokasi di Sowi Indah, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari membutuhkan bangunan permanen untuk menampung siswa dan juga untuk menunjang semua kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Pendiri sekaligus Pembinan Yayasan Cahaya Papua Barat, Theresia Ngutra mengatakan, sejak Yayasan Cahaya Papua Barat didirikan sampai saat ini belum juga memiliki bangunan permanen sedangkan jumlah siswanya terus bertambah.
Yayasan Cahaya Papua Barat memiliki sekolah untuk kelompok belajar Taman Kanak-kanak (TK) dan juga SD dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 70 orang.
Untuk jenjang TK kegiatan belajar mengajar maish dilakukan dirumah warga sedangkan untuk SD menggunakan bangunan sementara yang dibangun oleh Kejati Papua Barat.
Kapasitas bangunan sementara yang dimiliki hanya terdapat empat bilik ruangan yang secara umum tidak bisa mampu menampung semua siswa yang ada.
Untuk fasilitas yang dimiliki khususnya peralatan belajar juga sejauh ini hanya mengandalkan bantuan dari luar baik itu secara pribadi, kelompok, dari dinas, pemerhati pendidikan dan sebagainya.
“Sampai sekarang kami belum punya bagungan permanen, jadi kalau dibilang kebutuhan itu yang semakin mendesak karena jumlah siswa bertambah banyak sementara kami tidak ada ruangan belajar,” kata Theresia kepada Tabura Pos di Unipa Manokwari, Senin (03/02).
Pada tahun 2025 ini pihak Yayasan akan menamatkan siswa SD untuk lulusan angkatan pertama. Maka dengan demikian pihak Yayasan membutuhkan ruangan tambahan untuk tingkat SMP dan untuk penerimaan siswa baru.
“Karena apabila siswa SD lulus maka secara otomatis mereka harus ke SMP ini jadi tanggungjawab Yayasan melihat itu, jika pemerintah bisa membantu maka otomatis kami lanjut untuk SMP, tapi apabila tidak ada bangunan dalam beberapa bulan maka otomatis lulusan yang dikeluarkan harus cari sekolah sendiri diluar,” terangnya.
Theresia mengungkapkan bahwa, selain terkendala bangunan permanen, pihak Yayasan saat ini juga sednag dihadapkan dengan masalah tunggakan gaji guru yang belum dibayar selama satu tahun lebih.
Meskipun guru-guru tetap melakukan aktivitas mengajar namun kesejahteraan guru juga menjadi tanggungjawab mengingat beberapa guru di sekolah juga tidak memiliki tempat tinggal sendiri.
Mengenai tunggakan gaji guru, pihak Yayasan telah melakukan berbagai usaha salah satunya meminta bantuan pemerintah provinsi Papua Barat namun sampai saat ini belum juga ada jawaban namun pihaknya tetap berharap pemerintah bisa memberikan respon di tahun 2025 ini.
“Jumlah guru di Yayasan Cahaya Papua barat saat ini ada 7 orang yang terdiri dari 3 guru kelompok belajar atau TK dan 4 guru SD, semua guru berstatus honor Yayasan, namun karena Yayasan Cahaya Papua Barat adalah Yayasan baru jadi keuangannya belum stabil, jadi kami berharap bantuan dari luar,” ungkapnya. [AND-R6]