Manokwari, TP – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua Barat mengalokasikan anggaran pelaksanaan kajian pengaktifan Balai Benih Ikan Laut (BBIL) di Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari pada Tahun Anggaran 2025.
Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua Barat, Jeffry V. Auparay mengaku, pihaknya sudah membangun kerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Papua (Unipa) dalam untuk melakukan kajian pengaktifan BBIL.
“Anggaran yang kita alokasikan pada APBD tahun 2025 diperuntukkan untuk kajian, sedangkan pada APBD Perubahan 2025 dan APBD 2026, ditargetkan pengkajian hingga pemetaan selesai,” jelas Auparay kepada Tabura Pos di kantornya, belum lama ini.
Ditanya tentang perbaikan fasilitas BBLI, kata Auparay, sebagian anggaran di 2025 dan 2026, akan dialokasikan untuk perbaikan fasilitas BBIL.
Dari tahapan ini, lanjut dia, bisa ditargetkan pada Tahun Anggaran 2027, BBIL masuk tahap operasi untuk memproduksi benih ikan kerapu. “Jadi, kita mungkin akan produktif menghasilkan ikan kerapu pada BBIL Mansinam di tahun 2028,” kata Auparay.
Sebelumnya, Ketua Tim Survei FPIK Unipa Manokwari, Dr. Syafrudin Raharjo mengatakan, pihaknya sudah melakukan survei prakelayakan BBIL di Pulau Mansinam.
Dikatakannya, dari survei prakelayakan ini, pihaknya memberikan informasi awal ke DKP Provinsi Papua Barat tentang kondisi riil BBIL, fasilitas pendukung, dan kekurangan yang perlu dilengkapi.
Menurutnya, dari survei awal, sebenarnya fasilitas BBIL sudah memadai untuk satu komoditas ikan dan kebetulan BBIL ini dirancang untuk ikan kerapu.

“Sudah ada kolam induk, kolam pemijahan, kolam pemeliharaan benih ikan, pembesaran benih ikan juga sudah ada. Ya walaupun kolamnya terbatas,” kata Raharjo kepada para wartawan di salah satu hotel di Manokwari, Jumat (9/8/2024) silam.
Ditambahkan Raharjo, kurang lebih 3 tahun terakhir BBIL tidak difungsikan, sehingga banyak peralatan pendukung, terutama pompa pengisap air laut tidak berfungsi lagi.
Ia menambahkan, pihaknya juga sempat meminta dokumen Detail Engineering Design (DED), tetapi DPK belum mempunyai dokumen itu, tetapi dari sisi indeks kualitas air laut masih bagus.
Permasalahannya, ungkap dia, adalah sampah di areal laut Mansinam, karena banyak plastic yang bisa mengganggu operasional pompa air dan dari sisi estetika, kurang indah.
Disinggung soal saran dari tim, terang Raharjo, yang perlu direvitalisasi diantaranya pompa air, jaringan perpipaan, filter air laut yang perlu diperbaiki dan memerlukan treatment air limbah.
Lalu, sambung Raharjo, bahan bakar genset yang cukup karena kebutuhan listrik BBIL cukup besar. “Misalnya, kalau menggunakan PLTD di Mansinam, kapasitasnya tidak mampu untuk operasional karena kebutuhannya sekitar 7.000 watt,” terangnya.
Menurut Raharjo, budidaya sebenarnya adalah salah satu bentuk konservasi, karena tidak mendorong orang mengambil ikan langsung di alam, tapi dibudidayakan, dibesarkan, baru dimanfaatkan.
“Ada konsep konservasi sebagai kebijakan pusat yang saat ini lagi melihat ke wilayah Timur Indoneisa,” kata Raharjo. [FSM-R1]