Manokwari, TP – Para nelayan di daerah ini mengeluh mata pencariannya terganggu akibat ada perusahaan yang memasukkan ikan dari luar Kabupaten Manokwari.
Ketua Asosiasi Nelayan Papua Barat di Manokwari, Abraham Wanma mengatakan, sekarang para nelayan di Manokwari dihadapkan dengan permasalahan yang mengganggu mata pencariannya.
Harga ikan pun anjlok karena perusahaan dan tengkulak memasukkan ikan dari luar dan disebarkan di pasar, di luar pasar induk. Ikan didatangkan dari luar oleh perusahaan, lalu ikan ditampung dari perahu nelayan, lalu dilarikan ke Manokwari untuk dijual ke tengkulak, sehingga harga ikan nelayan lokal anjlok.
“Ada juga dari perusahaan yang bermain dengan nelayan, nanti ikan dari kapal diselundupkan ke perahu nelayan, lalu dilarikan ke pasar untuk dijual,” ungkap Wanma kepada Tabura Pos di SPBN Pasar Sanggeng Manokwari, Kamis (27/2).
Di samping itu, ungkap dia, belakangan diketahui perusahaan menjual secara langsung ke masyarakat dan tengkulak. Akibatnya, ikan yang ditangkap para nelayan lokal, tidak ada pembeli, sehingga nelayan lokal kehilangan konsumen.
Padahal, jelas Wanma, sebelumnya meski hasil tangkapan nelayan lokal sedikit karena cuaca dan sebagainya, tetapi nelayan lokal tetap mendapatkan harga yang bisa mencukupi biaya BBM (bahan bakar minyak).
Namun, ia mengatakan, akibat pengaruh perusahaan yang memasukkan ikan, sehingga hasil tangkapan nelayan lokal juga harus dijual murah mengikuti harga di bawah perusahaan. “Begitu sampai di pasar, yang beli dari nelayan lokal harganya mahal, sedangkan dari perusahaan harganya murah. Ini menimbulkan kecemburuan sosial antarsesama pedagang di pasar,” paparnya.
Diakuinya, permasalahan ini sudah berlangsung lama atau sejak perusahaan dibuka. Lanjut Wanma, kendala yang dihadapi nelayan lokal bukan hanya dari perusahaan, juga dari nelayan sendiri, bahkan tengkulak di Manokwari.
Ia menerangkan, jika stok perusahaan atau dari nelayan lokal kurang, mereka mendatangkan sendiri dari luar Manokwari, sehingga berdampak terhadap tengkulak di dalam pasar sentral.
“Ini juga menyebabkan produk lokal tidak cepat laku di pasar, karena yang didatangkan dari perusahaan ini tutup di warung, tutup di penjual di pasar, dan kita dari nelayan lokal hanya harap konsumen yang masuk ke pasar untuk berbelanja,” ungkapnya.
Ia mengaku, pihak Asosiasi sudah melakukan rapat dengan tujuan ada kesepakatan bersama terkait ikan yang ingin dimasukkan dari luar atau dari perusahaan maupun nelayan lokal, harus melalui mekanisme satu pintu supaya bisa diketahui kuota ikan lokal yang masuk ke pasar di Manokwari.
Di samping itu, Wanma mengatakan, pihaknya juga membahas perjanjian kerja ke depan agar harga ikan di Manokwari tetap stabil dan tengkulak juga bisa diberdayakan.
“Kasihan orang di pasar yang beli mahal dan jualnya setengah mati, sedangkan perusahaan dari luar datangkan gampang dan jualnya juga gampang,” ujar Wanma.
Ia berharap ke depan pengawasan di lapangan harus tegas terhadap oknum yang mendatangkan ikan tanpa izin dan ikan yang masuk tanpa koordinasi dengan dinas maupun asosiasi bisa terkontrol.
“Harus ada kerja sama antara pihak yang terlibat, bukan hanya Asosiasi, juga Dinas Perikanan, Polairud, TNI-AL dan sebagainya. Akibat masalah ini, semua terkena dampak, bukan hanya nelayan lokal, tapi orang di pasar juga. Apalagi perputaraan ekonomi di Manokwari belum stabil,” tandas Wanma. [AND-R1]