Manokwari, TP – Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Fakfak menjalankan program kelas paralel dalam rangka memastikan setiap generasi muda Papua di daerah terluar dapat mengakses layanan pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Fakfak, Mahmud La Biru mengatakan, jangkauan geografi antara satu kampung ke kampung yang lain cukup jauh.
Dimana, kata dia, kampung-kampung itu jumlah penduduknya sedikit dengan demikian, peserta atau jumlah usia sekolah hanya sedikit saja.
“Tapi sayangnya, ketika anak usia sekolah ini mau datang ke kampung sebelah untuk mendapatkan akses pendidikan mengalami kesulitan dari sisi transportasi,” kata La Biru kepada wartawan di kantor Perwakilan BP3OKP Papua Barat, Selasa (4/3/2025).
Untuk itu, kata La Biru, strategi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga menjalankan program kelas pararel di beberapa kampung atau daerah terluar di Fakfak dengan menempatkan guru-guru honorer di sana.
Menurutnya, guru-guru honorer ini masuk dalam data sekolah formal, tetapi mereka menjalankan tugas pada program kelas paralel walaupun masih di bawah sekolah induk.
“Satupun anak-anak usia sekolah di Fakfak wajib mendapatkan pendidikan. Nah, strategi kami adalah kelas paralel, kami sudah menjalankan program kelas paralel ini beberapa tahun terakhir ini di beberapa kampung di sana,” klaim La Biru.
Disinggung terkait dengan penempatan guru honorer, terang La Biru, pihaknya kadang-kadang memanfaatkan istri-istri dari petugas kesehatan maupun para pendeta yang bertugas di kampung-kampung itu.
“Jadi istri dari para petugas kesehatan maupun pendeta yang bisa mengajar, kami berdayakan untuk mengajar dan kami memberikan honor kepada mereka. Untuk mengajar menghitung, membaca bagi anak usia PAUD, TK maupun SD, mereka juga sekolah pasti bisa mengajar,” ujarnya.
La Biru berharap, adanya penarikan honorer dengan kebijakan efisiensi anggaran ini, maka harus ada prioritas dan kemudian para honorer ini harus tetap menjalankan tugasnya.
“Saya sarankan agar kalau bisa jangan semua honorer ini dirumahkan. Tapi, harus ada prioritas, apalagi kita di Papua yang penuh dengan keterbatasan tenaga guru. Honor mereka hanya berapa saja, maka 1 bulan saja tidak cukup, tapi yang terpenting ada panggilan untuk melayani anak bangsa dari sisi pendidikan dan nilainya jauh lebih tinggi,” saran La Biru.
Ditambahkan La Biru, di Fakfak masih kekurangan tenaga guru, terutama guru mata pelajaran terutama guru mata pelajaran Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Pada kesempatan itu, dirinya mengungkapkan, dari sisi infrastuktur pendidikan di Fakfak rata-rata sudah ada dan lengkap semuanya.
Hanya saja, di tahun ini dengan kebijakan efisiensi anggaran, maka pihaknya fokus pada rehabilitasi bangun lama yang sudah tidak layak.
“Jadi dengan adanya kebijakan efisiensi anggaran, kami hanya fokus pada rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang sudah tidak layak. Karena kalau tidak kita rehab pasti akan lebih rusak lagi,” tandas La Biru. [FSM-R5]