Manokwari, TP – Ribuan produk pangan kadaluarsa ditemukan didaerah Manokwari dan Teluk Bintuni. Hal itu disebabkan karena daya beli masyarakat menurun sehingga produk pangan di sarana tertahan.
Hal itu dikatakan Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Manokwari, Agustince Werimon kepada Tabura Pos di Wosi Manokwari, Rabu (25/03).
Agustince menjelaskan bahwa pengawasan intensifikasi pangan merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh BPOM Manokwari khususnya saat bulan Ramadhan serta saat menjelang Natal dan Tahun Baru.
Pada Ramadhan 1445 Hijriah tahun 2025 Masehi, BPOM Manokwari telah melakukan pengawasan intensifikasi produk pangan disejumlah sarana didua Kabupaten yakni, Manokwari dan Teluk Bintuni.
Bersasarkan data ada sebanyak 56 sarana yang dilakukan intensifikasi dan hasilnya ditemukan sebanyak 33 sarana memenuhi ketentuan dan 23 sarana tidak memenuhi ketentuan.
Dari 23 sarana yang tidak memenuhi ketentuan itu ditemukan produk pangan kadaluarsa dan rusak. Untuk pangan kadaluarsa terdapat sebanyak 2.800 pcs dengan harga ekonomis sekitar Rp. 16.758.400, sedangkan produk pangan rusak 2 pcs senilai Rp. 18 ribu.
“Itu untuk intensifikasi sarana, yang kita lihat produk parcel, pangan kadaluarsa, pangan rusak, pangan tanpa ijin edar, jadi 5 tahapan sudah selesai dilakukan itu dimulai satu minggu sebelum Ramadhan,” jelasnya.
Agustince mengungkapkan, terhadap 23 sarana yang tidak memenuhi ketentuan sesuai SOP dilakukan pembinaan, dimana pelaku usaha melakukan pemusnahan di saksikan oleh petugas.
Selain itu ada juga beberapa produk pangan dikembalikan oleh pedagang kepada pihak distributor untuk dilakukan penggantian.
“Paling banyak produk kadaluarsa. Pedagang juga sempat curhat bahwa daya beli masyarakat menurun makanya barangnya mereka tertahan,” ungkapnya. [AND]