Ransiki, TP – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Selatan, dr. Iwan P. Butarbutar menyebutkan pernyataan pemerintah pusat terkait daerah bebas kasus mikroskopis Tuberkulosis (TBC), berbanding terbalik dengan kondisi di daerah.
Pasalnya, di masyarakat masih ditemukan kasus adanya kasus TBC. Bahkan di Kabupaten Mansel sendiri kasus TBC membludak, Dinas Kesehatan mencatat di tahun 2024 kasus TBC di Mansel sudah mencapai 103 penderita.
Tersebar di 6 Distrik yakni di Distrik Oransbari sebanyak 30 penderita TBC, Ransiki 50 penderita TBC, Momiwaren 11 penderita TBC, Tahota 8 penderita TBC, Dataran Isim 2 penderita TBC dan Neney sebanyak 2 penderita TBC.
“Kalau penanganan terhadap penderita TBC ini tidak benar bisa menularkan orang yang ada di sekitar penderita TBC itu sendiri. Ini penyakit yang sangat menakutkan jadi jangan main-main,” ucap Butarbutar kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (26/3).
Selain TBC, kasus penderita kusta juga sangat mengkhawatirkan di Kabupaten Mansel. Jumlah penderita kusta di Mansel hingga tahun 2024 mencapai 17 orang, tersebar di 3 Distrik yakni Oransbari, Ransiki dan Momiwaren.
Ia mengungkapkan, TBC dan kusta merupakan penyakit yang menular, penularan penyakit TBC sendiri bisa melalui percikan air liur dari penderita TBC saat batuk, bersin atau buang dahak. Sedangkan, kusta bisa tertular jika terjadi kontak langsung dengan penderita kusta.
Untuk penanganannya, Dinas Kesehatan melakukan program rutin pemberian obat kepada orang dengan penderita TBC, serta melakukan pengawasan dan pemeriksaan atau deteksi dini penularan TBC bagi orang-orang yang hidup disekitar penderita TBC.
“Terkadang memang dari segi pengawasan kita lalai karena jumlah nakes yang terbatas, makanya kita juga libatkan pihak keluarga secara langsung untuk turut melakukan pengawasan terhadap penderita TBC supaya rutin mengkonsumsi obat yang sudah diprogramkan,” ujar dia.
Yang paling fatal, jika penderita TBC tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan program penyembuhan maka bisa berakibat pada kematian dari penderita TBC itu sendiri, bahkan resiko kematian itu cukup tinggi.
Dirinya mengaku, kasus TBC kini dalam perhatian dan penanganan serius Dinas Kesehatan dan Puskesmas guna memastikan bahwa penanganan terhadap penderita TBC itu cepat dan tepat.
Untuk menghindari penularan TBC, Butarbutar menghimbau, seluruh masyarakat Manokwari Selatan untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, menjaga sirkulasi udara dalam rumah dan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
Yang paling penting adalah menjaga kontak dengan penderita TBC agar jangan ada kontak langsung, jika terindikasi ada anggota keluarga yang terjangkit TBC maka segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat dan melakukan isolasi mandiri guna menghindari kontak dengan keluarga sambil mengikuti program penyembuhan.
Berbicara soal stok obat-obatan, Butarbutar mengklaim, stock obat-obatan dan alat kesehatan (Alkes) selama 1 tahun ini masih aman dan tersimpan baik di UPTD Gudang Farmasi.
Ia mengungkapkan, stok obat-obatan yang tersedia untuk semua jenis penyakit yang dibutuhkan masyarakat melalui hasil pemeriksaan kesehatan di Puskesmas. Bagitu juga dengan stok cadangan alkes, BHP dan BMHP, termasuk stok obat-obatan untuk penyakit tertentu seperti vaksin, HIV/AIDS dan obat-obatan program salah satunya untuk penanganan kasus TBC
Butarbutar menjelaskan, berdasarkan resume laporan petugas Gudang Farmasi, obat-obatan yang paling sering keluar karena kebutuhannya banyak adalah untuk ISPA, malaria, gatal-gatal, hipertensi, asam urat dan pegelinu. Sebaliknya, obat-obatan yang jarang keluar adalah jenis penyakit yang tidak banyak kasusnya di masyarakat, salah satunya bisa ular.
Dirinya mengaku, stok obat-obatan dan alkes yang ada di Gudang Farmasi mampu untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas selama 1 tahun berjalan. [BOM-R4]