Manokwari, TP – Kodam XVIII Kasuari sedang mengembangkan program integrated farming atau program pertanian terpadu sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Aster Kodam XVIII Kasuari, Kolonel Inf. Jimmy R. Tugu mengatakan, program integrated farming dikembangkan oleh Panglima TNI, melibatkan integrasi antara pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu sistem yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Terkait program ini, Kodam XVIII Kasuari sudah mengirimkan 3 prajurit untuk mengikuti pelatihan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ketiga prajurit itu sudah kembali ke kesatuan masing-masing dan akan menjadi peluncur untuk mendorong pengembangan program integrated farming.
“Mereka yang membentuk kantong-kantong integrated farming. Integrated farming, artinya tidak ada bahan yang terbuang, semua berputar di situ, tidak ada sampah,” klaim Tugu kepada para wartawan di Arfai, Manokwari, Selasa (20/5).
Ia mengungkapkan, Kodam XVIII Kasuari membuat sesuatu yang lebih unik, dimana pengembangan program integrated farming diawali dari pengelolaan sampah organik menjadi makanan magot atau larva lalat.
Dijelaskan Aster, larva lalat mengandung protein luar biasa, sehingga dikembangbiakan untuk dijadikan makanan ikan, bebek, ayam, dan lain sebagainya.
“Jadi, berputar terus, kotoran ayam jadi pupuk untuk sayur-sayuran, terus lele juga seperti itu, jadi ada juga hidroponik di Kodam XVIII Kasuari,” jelasnya.
Dirinya berharap pengembangan program integrated farming dapat ditiru oleh jajaran kodim. Lanjut Tugu, jika saat pengembangan program integrated farming di Kodam XVIII Kasuari hanya 1 hektar, maka jajaran kodim diharapkan seluas 5 hektar.
“Kami sampaikan dandim untuk cari lahan minimal 5 hektar, karena itu untuk mem-back up Makan Bergizi Nasional. Jangan sampai kita kehabisan pangan lokal, masa kita impor terus dari luar. Jadi, konsepnya seperti itu,” jelas Aster.
Tugu berharap pengembangan program integrated farming Kodam XVIII Kasuari bisa menjadi contoh, sehingga ke depan anak-anak sekolah atau pemerintah daerah bisa belajar terkait pengembangan program tersebut.
“Ini penting, coba kita lihat sampah kita sudah di mana-mana. Kesannya kotor dan jorok gara-gara sampah. Mudah-mudahan ini langkah baik ke depan,” tukasnya. [AND-R1]
