Manokwari, TP – Anggota DPR Papua Barat, Asri didampingi Anggota DPRK Teluk Bintuni, Wagiman melakukan reses II Tahun 2025 di masyarakat Petani di Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, belum lama ini.
Dikatakan Asri, masyarakat petani mengharapkan adanya perhatian pemerintah kabupaten (Pemkab) Teluk Bintuni dan DPR Papua Barat memfasilitasi penjualan hasil pertanian ke Perusahan LNG Tangguh.
“Masyarakat petani juga meminta kita untuk dukungan mekanisasi pertanian guna peningkatan produktivitas hasil pertanian,” kata Asri melalui pers release yang diterima Tabura Pos via group parlemen, Selasa (17/6/2025).
Selain itu, kata Asri, masyarakat petani menyuarakan aspirasi tentang adanya pendampingan dari instansi teknis dalam hal kepastian harga jual produk pertanian seperti beras.
Asri mengatakan, pernah mendengar informasi bahwa kebutuhan stok pangan di perusahaan LNG Tangguh disuplai dari luar Teluk Bintuni.
“Info yang kita dapatkan mereka mengambil bahan makanan dari Manokwari, dan dari luar. Hal ini yang membuat petani dan nelayan kita teriak-teriak,” ujarnya seraya menambahkan, pemkab seharusnya membentuk produk hukum yang menegaskan untuk pengambilan bahan makanan dari Bintuni, sehingga dapat melindungi petani dan nelayan lokal.
Menurut Asri yang juga politisi PPP ini, masalah tersebut dapat dicarikan solusi mengingat adanya program pemerintah, yakni Koperasi Merah Putih.
“Ada konsep yang seperti ini sehingga hal yang tadi bisa berjalan dari hulu ke hilir, mudah-mudahan dengan adanya koperasi ini dapat menjawab tanggung jawab pemerintah sekaligus menjadi solusi dalam perbaikan nasib petani Bintuni,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, masyarakat petani menyoroti program ketahanan pangan yang digaungkan pemerintah pusat, terutama dukungan baik, lahan pertanian, fasilitas penunjang lainnya seperti alat-alat pertanian modern, traktor, mesin tanam, dan mesin pengering padi, maupun mesin penggiling padi, singkat Asri.
Dalam pers release yang sama, perwakilan petani, Darussalam mengatakan tanpa adanya dukungan sarana dan prasarana tersebut program swasembada ini hanya pada tataran wacana saja.
“Khususnya SP 5, diprioritaskan sayur-mayur. Namun ini di SP 5 masalahnya sangat sulit, kami minta untuk diberikan solusi agar dapat menyelesaikan masalah pemasaran, mungkin dari pemerintah dan dewan bisa memberikan solusi bagaimana sayur-sayur bisa ditampung agar dapat dijual ke LNG,” harapnya.
Darussalam mengklaim, tanah di SP 5 masih cukup subur dan cukup ketersediaan bibit. Meskipun demikian, namun para petani di daerahnya sulit bersaing dengan petani di Manokwari.
“Kalau mau lempar ke Manokwari tidak akan laku terjual dan malah akan terbuang. Ini sekiranya ada solusi,” tutup Darussalam. [*FSM-R5]
