Manokwari, TP – Tim Satgas Pangan Polda Papua Barat belum menemukan ada beras oplosan yang beredar di masyarakat, khususnya di wilayah hukum Polda Papua Barat.
Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol. Igantius B.A. Prabowo mengatakan, terkait beras oplosan yang ramai dibicarakan masyarakat, Tim Satgas Pangan sudah merespon dan mengantisipasi dengan melakukan monitoring ke distributor hingga inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah lokasi, seperti pasar dan pusat perbelanjaan.
Hasilnya, ungkap dia, sampai saat ini belum ditemukan beras oplosan yang beredar, misalnya beras medium dikemas ulang lalu dijual sebagai beras premium. Ditegaskannya, beras yang beredar ini, dijual sesuai kualitasnya tanpa ada penyalahgunaan.
“Untuk beras oplosan, kita selalu monitoring. Bukan hanya itu, termasuk harga pasar,” kata Prabowo kepada Tabura Pos di Polda Papua Barat, Selasa (22/7).
Ia menegaskan, Tim Satgas Pangan berkomitmen melakukan pengawasan dan monitoring untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan. “Sampai saat ini, tidak ada temuan maupun laporan. Kalau ada temuan masyarakat, silakan laporkan ke polisi. Kita harap masyarakat laporkan agar bisa ditindaklanjuti,” kata Prabowo.
Sebelumnya, Direskrimsus Polda Papua Barat, Kombes Pol. Sonny M.N. Tampubolon menjelaskan, terkait isu beras oplosan sampai sekarang belum ditemukan atau ada laporan masyarakat. Meski demikian, lanjut dia, koordinasi dengan para distributor dan pengawasan di pasaran terus dilakukan sebagai upaya antisipasi.
“Di sini tuh tidak ada, rata-rata ada di kota besar. Intinya belum ada laporan, masih aman,” kata Tampubolon kepada Tabura Pos di depan eks kantor Kejati Papua Barat, belum lama ini.
Secara terpisah, Plh. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Manokwari, Yahya Maabuat meminta masyarakat tidak perlu merasa khawatir.
Ditegaskannya, Kabupaten Manokwari untuk sementara masih aman dari beras oplosan dan Manokwari masih pada zona aman.
“Untuk sementara ini, sampai sejauh ini, kami belum dapat atau temukan beras oplosan atau beras yang dioplos,” klaim Maabuat kepada Tabura Pos di kantornya, Selasa (22/7).
Dirinya memastikan hal tersebut karena tim internal Disperindag Kabupaten Manokwari setiap hari kerja secara rutin melakukan monitoring di pasar.
“Setiap hari kerja, kecuali Sabtu dan Minggu, tim internal Disperindag melakukan operasi, monitoring dan melaporkan secara online hasilnya ke kementerian. Jadi termonitor setiap hari. Sejauh ini belum ada temuan,” kata dia.
Maabuat menambahkan, selain monitoring yang dilakukan tim internal Disperindag, pengawasan terhadap barang perdagangan di Manokwari melalui operasi pasar dilaksanakan bersama tim gabungan yang melibatkan instansi luar, seperti kepolisian, kejaksaan, dan instansi lain.
“Tapi itu tiga satu sampai tiga bulan sekali. Puncaknya biasa menjelang Lebaran atau Natal. Kalau monitoring harian, tim internal Disperindag sendiri untuk laporan online ke kementerian,” tambah Maabuat.
Yahya yang juga Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri menjelaskan, yang ditemukan saat monitoring di pasar, hanya beras yang dijual dalam kemasan atau karung tidak berlabel atau karung polos.
Namun, ia menjelaskan, beras tersebut adalah hasil produksi petani lokal atau dalam daerah, seperti yang biasa dikenal beras SP atau beras Oransbari.
“Tapi tidak tahu kalau ke depan. Kalau pun ditemukan, ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” kata Maabuat seraya mengajak masyarakat yang merasa mendapatkan beras oplosan bisa segera melapor. [AND/SDR-R1]