Manokwari, TP – Sebanyak 43 atlet dari 6 cabang olahraga (cabor) beladiri menjalani rangkaian medical checkup (MCU) di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Papua Barat, Rabu (3/9/2025).
Rangkaian MCU sendiri sebagai persiapan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) Beladiri 2025 di Kudus, Provinsi Jawa Tengah, 11-26 Oktober.
Plt. Ketua KONI Umum Papua Barat, Jhon Saiba mengatakan, hari ini (kemarin) ada 44 atlet beladiri yang ada di Manokwari menjalani rangkaian MCU, tetapi saat ini yang sudah menjalani MCU sebanyak 43 atlet, 1 atlet lagi akan menyusul.
Sedangkan, kata Saiba, di luar Manokwari seperti Sorong terdapat 16 atlet beladiri dan di Kaimana 2 atlet. Sehingga, total atlet beladiri yang akan menjalani MCU sebanyak 62 orang.
“Hari ini atlet Manokwari sudah menjalani MCU, sedangkan 1 atlet lainnya bersama 2 atlet dari Kaimana akan bergeser ke Manokwari untuk jalani MCU,” kata Saiba kepada wartawan di sela-sela pelaksanaan MCU di RSUP Papua Barat, kemarin.
Sementara itu, kata Saiba, 16 atlet yang saat ini berada di Kota Sorong juga akan menjalani MCU pada fasilitas kesehatan di Sorong, Senin (8/9/2025).
Dijelaskan Saiba, usai tahapan MUC keluar, pihaknya akan memastikan atlet yang lulus. Para atlet ini akan segara dipanggil untuk masuk Pusat Pelatihan Daerah (Puslatda).

“Jadi selesai tes kesehatan, atlet yang dinyatakan lulus akan kami panggil untuk melakukan puslatda di Manokwari hingga menuju PON Beladiri,” terang Saiba.
Ditanya terkait pemeriksaan tes kesehatan yang dijalani para atlet, Saiba menjelaskan, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi, kesehatan fisik, jantung, paru-paru, dan kesehatan lainnya.
“Kita berharap 44 atlet ini bisa lulus pemeriksaan kesehatan. Sehingga, mereka dapat menyiapkan diri untuk tahapan selanjutnya,” terang Saiba.
Ia merincikan, sebanyak 10 cabor beladiri yang akan pertandingkan pada PON Beladiri Kudus 2025. Dari 10 cabor, KONI Papua Barat akan menurunkan sebanyak 6 cabor beladiri diantaranya.
Sebut Saiba, Cabor Kempo, Cabor Karate, Cabor Pencak Silat, Cabor Gulat, Cabor Taekwondo dan Cabor Jujitsu sesuai dengan cabor pengurus provinsi (pengprov) yang ada di KONI Papua Barat.
“Terkait target, kita berdoa saja dan memberikan dukungan, sehingga adik-adik kami ini dapat meraih hasil yang terbaik untuk Papua Barat,” ujarnya.
Ia mengakui, hingga saat ini pihaknya masih kekurangan anggaran. Namun, pihaknya tetap optimis melaksanakan persiapan dengan harapan, pemprov dapat memberikan perhatian khusus bagi para atlet di Papua Barat.
Menurut dia, pengembangan prestasi olahraga di Papua Barat ini menjadi salah satu visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat yang perlu mendapatkan perhatian serius.
“Kegiatan ini sudah dijadwalkan oleh KONI Pusat, sehingga meskipun anggaran kita terbatas, tapi kita optimis dan menjalani program ini,” tandas Saiba.
Di tempat yang sama, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Pempres) KONI Papua Barat, Adolfina Oray mengatakan, sejak pihaknya mendapatkan surat dari KONI Pusat Juni 2025.
KONI Papua Barat, kata dia, mulai melaksanakan rapat dan kemudian memanggil 6 pengprov cabor beladiri pada KONI Papua Barat guna melakukan persiapan.
“Melihat waktu PON Beladiri yang semakin dekat, maka kami rancangkan training center (TC) selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan, baik Juli dan Agustus TC berjalan dan di bulan ini kami melakukan TC terpusat,” jelas Oray kepada wartawan, kemarin.
Menurutnya, pelaksanaan TC terpusat sendiri akan dilangsungkan ketika hasil MCU keluar. “Dari hasil MCU kami akan melihat atlet-atlet mana yang sehat akan dipanggil untuk mengikuti TC terpusat,” terangnya.
Di awal TC terpusat, lanjut Oray, akan dilakukan pencanangan oleh Gubernur Papua Barat dan akan dilanjutkan dengan tes kapasitas fisik dari para atlet guna mengetahui kardiovaskular jantung dan paru-paru.
“Ini penting sekali, karena Cabor Beladiri tergolong olahraga berat, maka kita harus mengukur kapasitas kekuatan paru-paru dan jantung. Bukan saja kekuatan fisik. Sehingga, pada saat pertandingan para atlet tetap fit,” terangnya.
Menurutnya, karena kesehatan ini penting, maka pihaknya akan berpatokan pada hasil MCU, para atlet yang tidak sehat tidak akan dipanggil, maka dengan sendirinya akan berkurang dari 62 atlet.
“Jadi kalau kuota atlet berkurang, maka kuota official pun akan berkurang. Ini sesuai aturan kuota pelatih, asisten pelatih dan kuota ofisial mengikuti kuota dari atlet,” tandas Oray. [FSM-R5]