Manokwari, TP – Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Papua Barat, menggelar musyawarah kerja provinsi (Maskerprov) tahun 2025.
Muskerprov PBSI Papua Barat diikuti tiga pengurus kabupaten (Pengkab), yaitu Pengkap Kabupaten Manokwari, Kaimana, dan Bintuni, di salah satu hotel di Manokwari, sejak 30 September – 1 Oktober 2025.
Sejumlah permasalahan yang dihadapi bidang-bidang dibahas bersama dalam Muskerprov tersebut, mulai dari Sistem Informasi PBSI, pengembangan organisasi pembentukan Pengkab, pengurus yang tidak aktif, pembinaan atlet sampai dengan jadwal kejuaraan provinsi (Kejurprov).
Ketua Umum (Pengprov) PBSI Papua Barat, Deddy Sunandar mengungkapkan, sejauh ini pengurus provinsi diperhadapkan dengan tantangan besar untuk memajukan cabang olahraga bulutangkis, karena kurangnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah maupun Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Ia mengungkapkan, sejauh ini Pengprov PBSI Papua Barat dapat berjalan hanya dari satu sumber dukungan anggaran, yaitu dari PBSI Pusat. Sehingga, sangat kesulitan saat menjalankan kegiatan di daerah.
“Saya mungkin sekretaris yang paling lama di PBSI Papua Barat. Setiap kita rapat bersama KONI dan mengusulkan anggaran tapi semua itu biasa sampai sekarang. Memang pernah satu kali kita dapat bantuan operasional sebesar 100 juta dan itu luar biasa masalahnya,” ungkap Deddy dalam Muskerprov, Rabu (1/10/2025).

Deddy merasa, bulutangkis adalah olahraga yang tidak dilirik oleh KONI dibandingkan cabang lainnya. Sehingga untuk dukungan dana sangat terbatas.
Ia mengutarakan, meskipun mendapatkan dukungan dana dari PBSI Pusat, namun jumlahnya tidak besar. Contohnya seperti kegiatan pelatihan bagi pelatih hanya mendapat dukungan anggaran sebesar Rp.10 juta, musyawarah kerja sebesar Rp. 30 juta, pelatihan wasit Rp. 30 juta.
“Bidang pembinaan prestasi kita kembali terkendala dana. PBSI Papua Barat tidak punya atlet yang punya atlet itu Pengkap-pengkab. Yang berikutnya Sarpras itu jelas kita tidak punya lapangan bulutangkis,” ungkapnya.
Dalam Muskerprov tersebut juga didorong agar para atlet bisa mendaftar di sistem informasi PBSI. Dikatakan Deddy, sampai saat ini jumlah atlet yang terdaftar di sistem informasi PBSI sebanyak 136 dan PBSI Papua Barat berada pada peringkat 36 dari 38 provinsi se-indonesia.
Dedi berharap Pengkab-Pengkap bisa mendata para atletnya untuk didaftarkan dalam sistem informasi PBSI agar ada peningkatan secara nasional.
Ketua Umum Pengprov PBSI Papua Barat menambahkan, dari yang seharusnya tujuh Pengkap PBSI di Papua Barat, 4 yang sudah terbentuk, yaitu Manokwari, Kaimana, Teluk Bintuni, dan Fakfak. Sedangkan, Pegunungan Arfak (Pegaf) Manokwari Selatan (Mansel) dan Teluk Wondama belum terbentuk.
“Ini yang juga menjadi PR kita. Bagaimana mengaktifkan kembali Fakfak yang dulu aktif sekarang vakum. Mansel dan Pegaf sudah pernah saya kasih surat Plt untuk melaksanakan Muskab, tapi tidak jalan,” ungkapnya.
Selaku ketua umum, Deddy memohon kepada khususnya para pengurus Pemprov PBSI Papua Barat, di tengah keterbatasan dan tantangan yang dihadapi
di tahun kedua kepengurusan periode 2024-2028, dapat terus bergandengan tangan memajukan olahraga bulutangkis di Papua Barat.
“Saya berharap teman-teman pengurus tetap semangat. Saya setiap rapat selalu mengundang teman-teman pengurus. Kalau kita ingin maju sesuai dengan kita punya tema. Kita harus semangat kita harus tingkatkan kinerja agar PBSI Papua Barat punya warna di kancah nasional,” tukasnya. [SDR-R4]