Manokwari, TP – Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Papua Barat menggelar Pelatihan Intelijen Pemasyarakatan bagi Petugas Pemasyarakatan se-Papua Barat dan Papua Barat Daya, bertempat di Lapas Perempuan Kelas III Manokwari, Senin (10/11).
Kegiatan ini berlangsung selama lima hari dan diikuti oleh perwakilan petugas dari seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di dua provinsi tersebut.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari berbagai institusi strategis, yakni Kepolisian Daerah Papua Barat, Kodam XVIII Kasuari, Satgaswil Papua Barat Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat, serta Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Papua Barat.
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Papua Barat, Hensah mengatakan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memperkuat kemampuan analisis situasi, meningkatkan koordinasi lintas lembaga, serta membangun kesadaran intelijen yang responsif dan profesional di lingkungan Pemasyarakatan.
Menurutnya pelatihan ini merupakan bagian dari strategi transformasi pengamanan berbasis intelijen yang sedang digencarkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
“Tantangan pengamanan Pemasyarakatan hari ini semakin kompleks. Oleh karena itu, setiap petugas harus memiliki kemampuan deteksi dini dan analisis intelijen yang kuat agar potensi gangguan keamanan dapat dicegah sejak awal. Melalui kolaborasi dengan aparat penegak hukum lainnya, kita ingin membangun sistem keamanan yang tangguh dan adaptif,” ungkap Hensah.
Hensah juga menekankan bahwa kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata pelaksanaan perjanjian kerja sama antara Kanwil Ditjenpas Papua Barat dengan Kodam XVIII Kasuari, Polda Papua Barat, dan BNNP Papua Barat dalam memperkuat sinergi lintas sektor untuk menjaga stabilitas keamanan di seluruh Lapas dan Rutan.
Selama pelatihan, peserta menerima materi tentang analisis situasi, manajemen informasi, strategi pengawasan, hingga terkait pengumpulan dan pelaporan data intelijen.
Kegiatan berlangsung dengan suasana interaktif, di mana peserta diajak melakukan simulasi pengolahan data dan koordinasi cepat antarinstansi.
“Hensah menambahkan bahwa kegiatan ini menunjukkan komitmen kuatnya dalam membangun aparatur Pemasyarakatan yang profesional, tangguh, dan adaptif terhadap perkembangan situasi keamanan.
Dengan kolaborasi lintas sektor dan penguatan kemampuan intelijen, diharapkan seluruh Lapas dan Rutan di Papua Barat dan Papua Barat Daya dapat semakin siap menghadapi potensi ancaman, sekaligus menjaga marwah institusi Pemasyarakatan sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum dan pembinaan narapidana.
“Jadi ini sebagai upaya memperkuat sistem keamanan, deteksi dini, dan budaya intelijen di lingkungan Pemasyarakatan,” tegasnya.
Salah satu peserta, Yanter, petugas pengamanan Lapas Kelas IIB Manokwari, mengaku pelatihan ini memberikan wawasan baru dan menambah rasa tanggung jawab dalam menjaga keamanan.
“Pelatihan ini membuka mata kami bahwa intelijen bukan hanya tentang pengawasan, tapi tentang kepedulian dan kesiapsiagaan. Ilmu yang kami peroleh akan kami terapkan dalam tugas sehari-hari untuk menjaga keamanan dan ketertiban di satuan kerja,” ungkapnya. [AND-R2]



















