Manokwari, TP – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manokwari menemukan 824 kasus Tuberculosis (TBC) sepanjang Januari hingga September 2025.
Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan pada 25 fasilitas kesehatan (faskes) di Kabupaten Manokwari, baik di rumah sakit, puskesmas, lembaga pemasyarakatan (lapas), dan klinik.
Plt. Kepala Dinkes Kabupaten Manokwari, Marthen L. Rantetampang menjelaskan, untuk penanganannya, semua faskes bersedia dan melakukan tugas ketika sudah melakukan screening.
Diutarakannya, pada 2025, Dinkes menargetkan 5.613 warga terduga TBS dilakukan pemeriksaan standar. Dari target 5.613 warga capaian terduga TBC menjadi 2.121 warga.
Lanjutnya, dari 2.121 orang capaian terduga TBC, target temuan menurun menjadi sebanyak 1.155 kasus, dan dari 1.155 orang yang melanjutkan pemeriksaan, ditemukan kasus TBC sebanyak 824 kasus.
Ia mengatakan, dari 824 kasus yang menjalani pengobatan sebanyak 685 orang, sedangkan 137 orang belum memulai pengobatan. “Jika sudah melakukan screening dan mendapat data kasus itu memang sudah positif terdiagnosa TBC, maka tindakan pengobatan pelaksanaan langsung berjalan,” jelas Rantetampang kepada Tabura Pos di Kantor Bupati Manokwari, belum lama ini.

Dari faskes tingkatan rumah sakit, kasus terbanyak ditemukan di RSUD Manokwari dengan 164 kasus, diikuti RSU Provinsi Papua Barat dengan 110 temuan, dan RSAL dengan 88 kasus.
Untuk di tingkat puskesmas, kasus terbanyak ditemukan di Puskesmas Sanggeng dengan 110 kasus, diikuti Puskesmas Wosi dengan 49 kasus, Puskesmas Pasir Putih dengan 46 kasus, Puskesmas Soei 43 kasus, dan Puskesmas Amban 33 kasus. “Selama petugas bisa melakukan screening, pasti akan menemukan kasus,” kata Rantetampang.
Dikatakan Plt. Kepala Dinkes, meski temuan kasus TBC di Kabupaten Manokwari sebanyak 824 kasus atau 71 persen, tetapi masih rendah, di bawah target nasional sebesar 90 persen.
Selain itu, capaian keberhasilan pengobatan terhadap pasien TBC yang sembuh dan melengkapi pengobatan mencapai 70 persen dari target nasional sebesar 90 persen.
“Sekarang tugas utama kita bagaimana screening itu aktif dilakukan untuk bisa menjaring orang-orang yang mungkin selama ini terpapar dengan orang yang tidak beresiko TBC,” tandas Rantetampang. [SDR-R1]



















