• Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Jumat, November 14, 2025
  • Login
Tabura Pos - Akurat dan Cerdas
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA
No Result
View All Result
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA
No Result
View All Result
Tabura Pos - Akurat dan Cerdas
No Result
View All Result
Home ARTIKEL

Menjadi Ayah Yang Hadir Utuh Untuk Anak

AdminTabura by AdminTabura
13/11/2025
in ARTIKEL
0
Menjadi Ayah Yang Hadir Utuh Untuk Anak
0
SHARES
12
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Bondowoso – Memperingati Hari Ayah Nasional, setiap 12 November, menarik untuk mengoreksi peran ayah dalam kehidupan keluarga, terutama yang masih terikat kuat dengan budaya tertentu.

Dalam kebiasaan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi budaya patriarki, seorang ayah seringkali diposisikan sebagai “raja”, sehingga untuk urusan anak hanya menjadi tanggung jawab ibu. Karena itu, jika urusan tersebut ditangani ayah akan dinilai sebagai “pantangan”.

Bahkan, dalam budaya patriarki yang sangat kuat itu, ketika seseorang ayah terlihat menyuapi anaknya saat makan, “harga diri” si ayah dinilai rendah. Apalagi jika dilihat sedang menceboki anaknya, “harga diri” si ayah tambah runtuh. Si ayah itu akan masuk dalam kategori sebagai yang “tidak pantas” disebut lelaki.

Fenomena tentang “harga diri” ayah di lingkungan budaya patriarki menyebabkan seorang ayah sangat berjarak dengan anak-anaknya. Ayah tidak hadir sepenuhnya untuk membersamai anak bertumbuh, bukan hanya fisik, tapi juga jiwanya.

Isu yang sempat ramai mengenai absennya ayah dalam kehidupan keluarga atau fatherless, membuka kesadaran bagi semua ayah untuk bersegera kembali ke peran asasinya, hadir secara utuh bagi anak-anaknya.

Ketidakhadiran ayah dalam keluarga bukan sekadar karena ayah yang tidak ada, seperti meninggal dunia, atau karena tempat tinggal dan bekerja ayah yang terpisah dengan keluarga. Ketidakhadiran ayah juga karena sang kepala keluarga terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, sehingga waktu bertemu dengan anak sangat terbatas.

Ketika sedang berada di rumah pun, ayah tidak menyediakan waktu untuk anak karena alasan lelah dan beristirahat.

Padahal, seorang ayah bukan hanya bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah bagi keluarga. Ayah juga harus menyediakan fisik dan jiwanya untuk anak. Pelukan, belaian pada kepala, atau ciuman ayah bagi anak merupakan ritual yang bernilai emas bagi seorang anak.

Pelukan ayah, belaian ayah, atau ciuman ayah pada kening atau pipi anak menjadi modal besar untuk membangun rasa percaya diri dan menumbuhkan kecerdasan emosional anak. Kehadiran ayah secara fisik, sekaligus psikis itu, akan membantu anak dalam menguatkan nilai moral.

Menurut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Dr Rahmat Hidayat PhD, fenomena ketidakhadiran peran ayah tidak hanya dimaknai secara fisik, namun juga secara emosional. Absennya sosok ayah dalam keluarga berdampak pada perkembangan anak, terutama pada aspek psikologis, hingga aspek sosial.

Rahmat mengatakan, terdapat tiga proses utama pembelajaran dalam perjalanan tumbuh kembang seorang anak, yaitu observasional, behavioral dan kognitif. Ketiganya membutuhkan hadirnya sosok ayah yang berperan sebagai contoh dalam mendukung perkembangan emosional anak.

Pembelajaran observasional menjadikan ayah sebagai panutan utama. Anak adalah peniru ulung bagi semua perilaku dan perkataan orang tua. Semua perilaku dan perkataan orang tua, khususnya ayah, akan mencetak anak, seperti apa ia akan berperilaku.

Ayah yang cuek terhadap anak akan membentuk anak menjadi sosok yang tidak peduli pada keadaan sekeliling. Sebaliknya, ayah yang peduli akan melahirkan anak yang juga memiliki kepedulian sosial tinggi.

Kelanjutan dari meniru adalah pembelajaran behavioral yang mekanismenya melalui pembiasaan, sehingga menjadi penguatan, baik dalam konteks positif maupun negatif. Sosok ayah akan menjadi penentu bagaimana anak belajar dari kebiasaan. Lagi-lagi, anak juga belajar mengenai kebiasaan ini kepada orang tua, khususnya ayah.

Untuk pembelajaran kognitif, anak akan menyerap pengetahuan dari ayah, dari sisi verbal.
Komunikasi intensif seorang ayah dengan anak menunjukkan kedekatan jiwa keduanya. Seorang anak akan menyerap pengetahuan hidup dari percakapannya dengan ayah.

Untuk itu, diperlukan strategi komunikasi yang baik antara ayah dan anak. Strategi ini juga mencakup momentum waktu, sehingga anak tidak merasa dipaksa untuk menerima nilai-nilai tertentu dari seorang ayah.

Untuk bisa masuk ke dalam jiwa anak secara nyaman, ayah harus selalu menghadirkan suasana yang nyaman kepada anak. Ayah harus menjadi pendengar yang baik ketika anak bercerita mengenai sesuatu, yang bagi orang tua cerita itu dianggap tidak mengandung nilai apa-apa.

Seorang ayah harus selalu masuk ke dalam gelembung jiwa anak, bukan sebaliknya, menyeret anak untuk masuk ke jiwa dewasa. Ketika anak bercerita mengenai perilaku temannya di sekolah, ayah harus menjadi pendengar yang baik dan jauh dari sikap penghakiman. Sesekali, ayah dapat menyampaikan pujian terhadap apa yang dilakukan anak.

Bahkan, seorang ayah harus memiliki keahlian dalam pendekatan kepada anak agar si anak mau menceritakan semua yang dialami, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Ketika di rumah, anak bermain dengan mainannya, ayah bisa masuk dengan ikut bermain dan pura-pura tidak banyak tahu mengenai permainan itu.

Ketika, misalnya, anak menggambar, ayah juga bisa masuk dengan memberi nilai bagus pada karya anak. Anak sangat membutuhkan penguatan dari lingkungan, khususnya ayah, dengan memberi nilai bagus pada apa yang dilakukan oleh anak. Penilaian positif terhadap karya gambar anak bisa masuk dari segala aspek, seperti pemilihan warna atau bentuk dari objek yang digambar oleh anak.

Dengan semua perhatian yang menunjukkan bahwa ayah selalu hadir pada proses tumbuh kembang anak, harga diri anak akan tumbuh secara positif. Anak dengan pola pengasuhan yang ayahnya selalu hadir secara utuh tidak memerlukan validasi ketika mereka beraktivitas di luar rumah.

Pada hakikatnya, semua persoalan anak-anak dan remaja di masyarakat disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang tua di rumah. Anak akan mencari validasi dan penguatan lewat ulahnya di luar keluarga.

Ayah yang selalu hadir akan sangat membantu upaya menyiapkan generasi muda unggul dan tangguh menghadapi masa depan. Ayah berperan sangat penting dalam menyiapkan Generasi Emas 2045. [Oleh Masuki M. Astro/Editor : Sapto Heru Purnomojoyo/ANTARA]

Tags: #MENYAPA NUSANTARAMENYAPA NUSANTARA
Previous Post

Kejati Papua Barat Tetapkan Tersangka Baru Kasus ATK di BPKAD Kota Sorong

Next Post

DPR RI: Butuh Tambahan Biaya Per Porsi MBG di Papua

Next Post
DPR RI: Butuh Tambahan Biaya Per Porsi MBG di Papua

DPR RI: Butuh Tambahan Biaya Per Porsi MBG di Papua

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTORIAL ASTON

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ASTON

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

ADVERTORIAL

Browse by Category

  • ARTIKEL
  • BINTUNI
  • Blog
  • BUDAYA & PARIWISATA
  • DAERAH
  • DIKKES
  • EKBIS
  • HUKUM & KRIMINAL
  • INFO GRAFIK
  • KABAR PAPUA
  • KAIMANA
  • KESEHATAN
  • LINTAS NUSANTARA
  • LINTAS PAPUA
  • MANOKWARI
  • MANSEL
  • NASIONAL
  • News
  • PAPUA BARAT
  • PAPUA BARAT DAYA
  • PARLEMENTARIA
  • PEGAF
  • PENDIDIKAN
  • POLHUKRIM
  • Post
  • TELUK WONDAMA
  • Uncategorized
  • VIDEO

© 2022 TABURAPOS - Akurat dan Cerdas.

No Result
View All Result
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA

© 2022 TABURAPOS - Akurat dan Cerdas.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!