Manokwari, TP – Wakil Ketua DPR Kabupaten (DPRK) Manokwari, Suriyati merasa prihatin dan mengecam atas peristiwa pembunuhan terhadap korban, Aresti G. Tinarga, istri seorang pegawai Kantor Pajak Pratama (KPP) Manokwari, belum lama ini.
Setelah jasad korban ditemukan dan dievakuasi, ucapan turut berduka cita dan simpatik terus mengalir di media sosial (medsos), seperti grup WhatsApp dan Facebook.
“Kami di DPRK Manokwari, khususnya dari kaum perempuan, sangat prihatin dengan kejadian ini,” ucap Suriyati kepada para wartawan di Dermaga TNI AL Biryosi, Manokwari, Kamis (13/11/2025).
Dikatakan Suriyati, tindakan terduga pelaku, Yahya Hermawan, sangat tidak manusiawi dan mencoreng nama Manokwari yang dikenal sebagai kota damai dan toleran.
“Biasanya hanya ada kasus kecil yang bisa segera ditangani, tapi yang satu ini sungguh di luar dugaan,” tandas Suriyati.
Untuk itu, ia mendesak penegak hukum bisa menjatuhkan hukuman seberat-beratnya terhadap pelaku.
“Ini mencoreng citra Manokwari yang dikenal sebagai kota damai dan toleran. Kalau bisa, pelakunya dihukum mati karena perbuatannya tidak manusiawi,” ujar Suriyati.

Hal senada disampaikan tokoh agama, Pdt. Fince Bonsapia yang sangat marah, sekaligus sedih atas peristiwa mengenaskan tersebut.
Menurut Fince Bonsapia, peristiwa yang terjadi di Reremi Puncak sangat melukai nurani banyak orang, terutama kaum perempuan.
Sebagai seorang mama Papua, dia tidak bisa menerima peristiwa yang dialami Aresti Tinarga. “Sebagai hamba Tuhan, saya tidak bisa menerima hal seperti ini. Korban itu perempuan,” tandas Fince Bonsapia kepada para wartawan di tempat yang sama, kemarin.
Dirinya pun mendesak agar terduga pelaku diberikan hukuman yang setimpal dan meminta polisi mengusut tuntas kasus ini sampai tuntas.
“Saya yakin tidak mungkin pelaku hanya satu orang, pasti ada yang terlibat. Semua harus dihukum seberat-beratnya,” tandas Fince Bonsapia.
Sebelumnya, Kapolresta Manokwari, Kombes Pol. Ongky Isgunawan mengatakan, kasus pembunuhan disertai mutilasi baru pertama kali terjadi di Manokwari.
Untuk itu, ia meminta peristiwa ini menjadi peristiwa yang pertama dan terakhir di Manokwari yang dikenal sebagai Kota Injil.
Dirinya juga mengimbau masyarakat yang mendapat foto-foto korban dengan kondisi mengenaskan agar tidak disebarluaskan untuk menghargai dan menjaga perasaan keluarga yang sedang berduka.
Menurut Isgunawan, pihaknya akan mengembangkan kasus ini, tidak hanya berhenti pada pemeriksaan saksi dan penetapan tersangka, tetapi akan menelusuri rekam jejak tersangka.
Dijelaskan Kapolresta, pengembangan dan penelusuran rekam jejak tersangka karena tersangka dinilai ‘berdarah dingin’ atau tenang ketika melakukan tindakan menghilangkan nyawa korban, mulai awal kejadian, melakukan mutilasi hingga upaya menghilangkan jejak korban dengan membuangnya ke septik tank.
“Tersangka sempat mengepel darah di lantai dan kalau dilihat dari rekaman CCTV, tersangka keluar dari rumah korban dengan biasa, keluar dengan santai. Begitu mobil keluar, dia sempat menutup pagar. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa,” jelas Kapolresta dalam konferensi pers di Polresta Manokwari, Rabu (12/11/2025).
Ditambahkan Isgunawan, tersangka sebelumnya pernah tinggal di Manokwari pada 2013-2017, tetapi sempat pulang ke kampung halamannya dan kembali merantau lagi ke Manokwari dan sudah 2 tahun di Manokwari.
“Tetap kita akan profiling yang bersangkutan sampai ke daerah tempat tinggalnya untuk kita tahu background, rekam jejaknya, seperti apa, apakah ada catatan kriminal sebelumnya. Itu akan tetap kita lakukan penelusuran,” tandas Isgunawan.
Kasat Reskrim, Polresta Manokwari, AKP Agung G. Samosir mengatakan, sejauh ini sudah ada beberapa saksi yang dimintai keterangan, diantaranya sopir mobil pick up, mandor, dan teman kerja tersangka, suami korban, pemilik rumah yang dikerjakan tersangka di TKP 2, dan sepupu tersangka.
“Tapi itu masih bisa bertambah seiring perkembangan hasil yang kita dapatkan dari keterangan-keterangan yang disampaikan saksi lain,” tambah Samosir.
Dijelaskan Kasat Reskrim, untuk sopir mobil pick up tidak dilakukan penahanan, karena saat dimintai keterangan, yang bersangkutan menyampaikan tidak mengetahui sama sekali boks kontainer yang diantarnya ternyata berisi jasad korban.
Lanjut Samosir, sopir mobil pick up hanya tahu disewa dan dibayar sebagai jasa angkutan umum, karena sudah mengantar barang, tetapi mobilnya ditahan sebagai barang bukti.
“Dia juga punya keluarga dan kooperatif, tidak tahu apa-apa dan kalau tidak kerja mau cari uang di mana, kasihan juga. Makanya, kita pulangkan dulu, tapi kalau diperlukan, kita panggil lagi,” tandas Kasat Reskrim. [SDR-R1]



















