Ransiki, TP – Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), Adolop Kawey, meminta Bupati Mansel, Markus Waran, mencopot dr. Iwan P. Butarbutar dari Jabatannya sebagai Direktur RSUD Elia Waran.
Permintaan itu, lanjut Kawey, dilandasi kekesalannya dengan kepemimpinan dr. Iwan Butarbutar, karena selama masa kepemimpinannya di RSUD Elia Waran belum banyak perubahan yang dilakukan dalam memperbaiki manajemen RSUD Elia Waran. Namun, sebut Kawey justru menimbulkan problematika dalam menajemen Rumah Sakit.

“Sebagai Direktur, dia (dr. Iwan Butarbutar) adalah orang tua yang harus membagi habis tugas kepada seluruh bagian, tanpa harus bersikap keras. Apalagi dalam perekrutan tenaga honorer, dia tidak berkoordinasi dengan pengambil kebijakan,” ucap Kawey dengan nada kesal di Oransbari, kemarin.
Yang lebih disesalkan, lanjut Kawey, mengapa petugas kesahatan di Puskesmas Masabui dan Puskesmas Oransbari tidak ditarik saja ke RSUD Elia Waran, guna menambahkan kekuatan personil di Rumah Sakit ataukah sudah tidak ada lagi orang asli Papua yang bisa ditugaskan di RSUD Elia Waran.
Untuk itu, sebagai Anak Negeri atau Putra Daerah, dengan tegas Kawey meminta, pengambil kebijakan dalam hal ini Bupati Mansel, Markus Waran, segera mempertimbangkan permintaanya mencopot dr. Iwan Butarbutar dari Jabatannya.
“Bapak Bupati Waran harus segera mengganti Direktur RSUD Elia Waran dari Jabatannya, karena kepemimpinannya belum memberikan dampak yang baik dalam pelayanan kesehatan di RSUD Elia Waran,” pungkas dia.
Terpisah, Direktur RSUD Elia Waran, dr. Iwan P. Butarbutar membantah pernyataan yang disampaikan Kepala Disperindagkop dan UKM Kabupaten Mansel, Adolop Kawey, terhadap dia.
Dia menampik, tidak melakukan perekrutan tenaga honorer baru di RSUD Elia Waran, apalagi sampai tidak berkoordinasi dengan Kepala dareah. Sebaliknya, yang terjadi adalah mereka menarik tenaga kesehatan dari Puskesmas untuk menambah kekuatan personil di RSUD Elia Waran.
Ia menambahkan, penambahan tenaga kesehatan yang ada, adalah tenaga magang tanpa digaji. Penambahan tenaga magang untuk memenuhi standar keberhasilan visitasi yang sedang berjalan.

Butarbutar mengungkapkan, yang sedang terjadi di RSUD Elia Waran saat ini adalah pihaknya berupaya untuk mendisiplinkan pegawai RSUD Elia Waran supaya dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
“Kita disiplinkan, dengan menyepakati bersama supaya pegawai masuk kerja jam 9 pagi (Pukul 09.00 WIT), kalau lewat dari waktu yang ditentukan, palang ditutup dan pegawai yang bersangkutan baik ASN ataupun honorer, disuruh pulang, bukan di usir. Yang malas hadirpun kita panggil, aturan ini kita tetapkan karena sudah berkoordinasi dengan Sekda Mansel,” jelas Butarbutar.
Bahkan, ungkap Butarbutar, bagi pegawai RSUD Elia Waran yang tinggal di Ransiki dan sekitarnya, Sekda Mansel pun membijaki untuk menyediakan transportasi pendukung dengan menjemput pegawai setiap hari kerja, dengan titik kumpul Pendopo Kantor Bupati, jam keberangkatan pukul 08.00 WIT.
Semua kebijakan itu, dilaksanakan tidak lain dan tidak bukan, hanyalah untuk mendisiplikan pegawai yang biasa sesukanya masuk kerja. “Jadi tidak ada peraturan yang kita jalankan sendiri tanpa berkoordinasi dengan pngambil kebijakan,” tegas Butarbutar.
Disinggung mengenai kebutuhan dokter anastesi apakah sudah terisi, Butarbutar mengaku, sudah ada dokter anastesi yang diperbantukan dari RSUD Manokwari. Hanya saja, yang bersangkutan akan melaksanakan tugas di RSUD Elia Waran, ketika terdapat pasien yang hendak di operasi. [BOM-R3]