Bintuni, TABURAPOS.CO – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Teluk Bintuni, memperingati hari asma sedunia, yang jatuh pada 2 Mei 2023, dengan mengadakan kegiatan bedah mitos dan fakta seputar asma.
Wakil Ketua IDI Teluk Bintuni dr. Wiendo Syahputra Yahya, Sp.P, FAPSR, FISR, menyampaikan, kegiatan bedah mitos dan fakta seputar asma dilaksanakan, lantaran berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2020, asma merupakan salah satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia.
Sampai dengan akhir tahun 2020, sebut Yahya, jumlah pasien asma di Indonesia sebanyak 4,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 12 juta lebih.
“Peringati Hari Asma Sedunia tanggal 02 Mei 2023, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Teluk Bintuni menyampaikan fakta-fakta yang benar terkait penyakit asma,” ujarnya kepada wartawan, di Bintuni, Senin (8/5).
Yahya menjabarkan, mitos pertama tentang asma adalah sama dengan bronkitis. Faktanya, asma merupakan gangguan kronik saluran napas yang berkaitan dengan hipereaktifitas bronkus (saluran napas) dan inflamasi (peradangan) saluran napas. Gejala asma seperti sesak napas, dada terasa berat, bunyi ngik-ngik, kadang disertai batuk berdahak
Bronkitis akut merupakan inflamasi (peradangan) saluran napas yang disebabkan oleh infeksi saluran napas. Gejala bronkitis akut adalah batuk berdahak atau tidak berdahak dan berlangsung kurang dari 3 minggu.
“Penyakit asma berbeda dengan bronkitis ditinjau dari penyebab dan gejala klinis,” sebutnya.
Mitos kedua, penyakit asma selalu disebabkan oleh faktor keturunan atau keluarga. Yahya yang juga sebagai dokter ahli paru RSUD Bintuni ini menerangkan faktanya penyakit asma bervariasi gejala klinis dan respons terhadap pengobatan yang diberikan.
dr. Wiendo Syahputra Yahya, Sp.P, FAPSR, FISR menyebutkan, klasifikasi asma saat ini adalah asma alergi adalah asma yang berhubungan dengan faktor alergi dalam keluarga, dimulai sejak anak- anak

Kemudian, asma non alergi adalah asma yang tidak berhubungan dengan riwayat alergi. Asma onset lama yang biasanya muncul pertama kali pada usia dewasa dan sering pada perempuan. Asma dengan gangguan saluran napas yang menetap, dan Asma dengan obesitas.
Lanjutnya, mitos ketiga, penyakit asma adalah penyakit menular, faktnya penyakit asma bukan penyakit menular tetapi penyakit yang berhubungan dengan inflamasi (peradangan) saluran napas dan hipereaktifitas bronkus (saluran napas). Infeksi saluran napas dapat memicu gejala asma.
Mitos keempat, penyakit asma yang muncul pada usia anak – anak dan akan menghilang spontan setelah dewasa, faktanya penyakit asma bisa muncul kapan saja baik pada saat usia anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Penyakit asma bisa dikontrol dengan baik sehingga pasien asma tidak mengalami gejala asma.
Mitos kelima, penyakit asma adalah masalah psikologis dan emosional, faktanya masalah psikologis dan emosional menjadi salah satu pemicu memberatnya gejala asma tetapi asma bukanlah gangguan psikologis atau kelainan emosional.
“Mitos keenam pasien asma akan tergantung kepada obat semprot seumur hidup, faktanya pasien asma membutuhkan obat pelega untuk meredakan gejala asma yang memberat pada waktu tertentu,” papar Dokter Wiendo.

Selanjutnya, mitos ketujuh, penyakit asma bisa diketahui melalui pemeriksaan foto rontgen, faktanya pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien bergejala asma adalah pemeriksaan fungsi paru (spirometri) untuk mengetahui respons saluran napas terhadap pemberian obat pelega.
Mitos kedelapan, pasien asma tidak boleh berolahraga karena akan menyebabkan sesak napas, faktnya pasien asma dapat berolahraga bila kondisi asma terkontrol baik dan berhati-hati dalam memilih intensitas olahraga.
“Saat ini sudah ada senam asma yang bisa diikuti oleh pasien asma yang telah terkontrol baik karena telah terbukti memperbaiki kapasitas paru dan saluran napas,” bebernya.
Kemudian, mitos kesembilan, rokok elektrik aman untuk pasien asma, faktanya pasien asma tidak boleh merokok baik rokok konvensional maupun rokok elektrik dan menghindari pajanan asap dari rokok konvensional maupun rokok elektrik serta pajanan debu atau polusi udara
Mitos kesepuluh, pasien asma jangan sering memakai masker karena akan menyebabkan sesak napas, faktanya, sesak napas pada pasien asma disebabkan oleh obstruksi saluran napas dan bukan disebabkan oleh masker.
“Masker bisa digunakan oleh pasien asma pada kondisi tertentu dan melindungi pasien asma dari pajanan debu, polusi udara dan infeksi virus dan bakteri yang menular melalui udara,” pungkas Wiendo. [ABI-R4]