Manokwari,TABURAPOS.CO – Seorang perempuan berinisial CR (sebelumnya disebutkan berinisial ZR), secara resmi melaporkan seorang oknum pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat ke Polda Papua Barat, Rabu (10/5).
Pelapor menempuh jalur hukum karena merasa dilecehkan oknum pimpinan OPD tersebut. Dari pantauan para wartawan, CR tiba di Polda Papua Barat sekitar pukul 11.30 WIT, didampingi pihak keluarga.
Untuk memperkuat laporan polisi (LP) Nomor: LP/B/100/V/2023/SPKT/POLDA PAPUA BARAT tertanggal 10 Mei 2023, korban yang bekerja sebagai seorang kontraktor, menyertakan 2 saksi berinisial CHR dan CI, termasuk bukti chatting.
Setelah menerima surat tanda penerimaan laporan, petugas SPKT mengarahkan korban ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Ditreskrumum Polda Papua Barat.
Usai menjalani pemeriksaan awal, korban dan keluarganya langsung meninggalkan Polda Papua Barat.
Dalam laporannya, korban mengungkapkan bahwa pada awalnya sama sekali tidak mengenal terlapor. Namun, karena ada persoalan pekerjaan, korban akhirnya bertemu dan berkenalan dengan terlapor melalui dua saksi untuk melobi pekerjaan ke terlapor.
Selanjutnya, terlapor membuat pertemuan kembali dengan korban untuk membicarakan tindak lanjut pemberian pekerjaan yang akan diberikan ke korban dan saksi.
Namun dalam pertemuan itu sesuai apa yang diharapkan korban, dimana terlapor justru melakukan perbuatan tidak menyenangkan saat mengantar korban pulang, sehingga korban merasa sangat dirugikan, baik secara materi maupun harga diri korban.
Sebelumnya, korban mengisahkan, dia mengenal oknum pejabat itu pada pertengahan Februari 2023, bersama tante dan adiknya untuk melobi pekerjaan proyek.
“Awalnya komunikasi saya dengan oknum beliau itu masih biasa saja. Berjalannya waktu, oknum pejabat itu semakin intens dan sebelumnya sampai menghubungi adik saya, menanyai tentang kehidupan saya,” ungkap pelapor.
Hingga suatu waktu, oknum pejabat itu menghubungi korban dan ingin membicarakan tentang pekerjaan dan meminta untuk bertemu.
Selanjutnya, oknum pejabat itu menentukan tempat pertemuan yang biasa menjadi tempat nongkrongnya sambil bekerja. Pikiran awal korban di resto atau kafe, karena disampaikan bahwa di situ bisa memesan makanan dan minuman.
Ternyata, setelah tiba, korban melihat tempat itu bukan resto atau kafe, tetapi salah satu villa. Hari itu, korban minta berpisah mobil, tapi oknum pejabat itu memakai mobilnya saja dengan ajudan, tetapi sampai di dalam mobil, ternyata mereka hanya berdua.
Saat itu, korban mau duduk di kursi tengah, tetapi oknum pejabat ini mengatakan agar korban duduk saja di depan.
“Ok baik. Akhirnya saya duduk di depan dan mobil menuju arah Marina. Saat itu, oknum pejabat itu menyampaikan di tempat itu, dia biasa menyelesaikan pekerjaan. Setelah tiba di tempat tujuan, saya sempat menolak turun dari mobil dan meminta berbicara di dalam mobil saja, tapi beliau menyampaikan tidak etis bicara pekerjaan di dalam mobil,” ungkap korban.
Korban pun akhirnya turun dan duduk di kursi sofa dengan suasana hati gugup. “Saya di situ selama 4 jam dari seharusnya hanya beberapa menit bisa dibicarakan. Saat itu tidak terjadi apa-apa terhadap diri saya. Beliau banyak berbicara masalah privasinya saja, dengan alasan sudah ditelpon keluarga dan anak sedang menunggu di rumah, akhirnya saya diantar pulang ke rumah,” terang CR.
Setelah mobil tiba di gang jalan menuju rumah atau sebelum turun dari mobil, barulah korban mengalami pelecehan. Dari kejadian itu, korban masih bertemu sekali dengan oknum pejabat tersebut ketika hendak memberikan profil perusahaan, tetapi bertemu di jalan yang ramai.
“Saya mau membuat laporan polisi sekarang karena oknum pejabat itu beberapa hari lalu langsung menghubungi saya dan meminta berhubungan badan, karena oknum itu menyampaikan DPA sudah turun,” tambah CR.
Namun, permintaan oknum pejabat itu ditolaknya. “Semakin ke sini, semakin tidak jelas. Masa saya harus bayar dengan sesuatu untuk mendapat pekerjaan itu, saya tidak mau. Apalagi saya kembali mengingat perbuatannya waktu saya turun dari mobil. Walaupun saat itu oknum pejabat tersebut sudah langsung meminta maaf dan mohon agar tidak disampaikan ke siapa pun, dengan alasan tiba-tiba kerasukan,” ungkap korban. [K&K-R1]